[caption id="attachment_337148" align="alignnone" width="540" caption="Ilustrasi (sumber: indopos.co.id)"][/caption]
TAHUKAH Anda apa strategi yang dijalankan oleh para mafia minyak dan gas (Migas) untuk menguasai dan meraup keuntungan berlipat dari bisnis Migas di Indonesia? Maaf, saya sendiri juga tidak tahu!
Paling-paling yang kita tahu mereka bermain dalam mempengaruhi penyusunan UU Migas dan turunannya, menyusupkan orang-orangnya ke dalam struktur yang mengelola sistem, berusaha mempertahankan subsidi – makin besar subsidi lebih baik – sehingga mereka meraup banyak untung dari disparitas harga. Tapi kita tidak tahu persis strategi dan mekanisme seperti apa yang dimainkan para mafia itu.
Mungkin para mafia Migas saat ini sedang berpikir keras. Tampaknya mereka harus menyusun grand strategy baru untuk bisa tetap bercokol di bisnis Migas, baik secara ilegal (gelap) maupun secara terang-terangan tetapi curang.
Grand strategy ini diperlukan para mafia Migas, karena dalam beberapa hari ini pemerintahan Jokowi-JK sudah melepaskan dua pukulan keras dan beberapa jab untuk menghantam jaringan mereka. Dua pukulan keras dimaksud adalah pertama, keputusan Jokowi memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 2.000 per liter untuk premium dan solar; kedua, menunjuk Amien Sunaryadi sebagai Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Amien adalah mantan komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2003-2007.
Sedangkan jab-jab kecil dilepaskan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dengan meminta Presiden Jokowi agar tidak memberikan BBM bersubsidi kepada para nelayan. Sebab, Susi tahu persis bagaimana permainan BBM bersubsidi di sektor ini, termasuk ikut dinikmati oleh kapal-kapal nelayan asing. Kapal-kapal nelayan asing ini memang berbuat terlalu banyak dosa terhadap Indonesia. Sudah mencuri ikan kita, merusak lingkungan laut kita – pakai pukat harimau, bom, potasium chlorida – masih pula menikmati subsidi dari Pemerintah Indonesia. Ini sebuah kekonyolan luar biasa ataukah sebuah kecerdasan dan kemampuan memanfaatkan rendahnya moralitas oknum pejabat dan aparat kita?
Saya melihat, sesungguhnya musuh utama para mafia Migas dan mafia lainnya di segala sektor adalah integritas pejabat dan aparat negara, termasuk sejumlah oknum Wakil Rakyat. Inilah kelemahan yang selama ini seolah pintu yang terbuka lebar bagi para mafia itu. Apalagi, selama ini para mafia itu memiliki tiga keunggulan, yakni (1) organisasi yang kuat dan rapi; (2) jaringan yang menggurita di dalam dan luar negeri dan anggota yang loyal; serta (3) sangat menguasai bisnis Migas.
Ketika pemerintahan berganti dan banyak muka baru dan tak terduga masuk dalam kabinet kemudian melakukan perombakan sampai ke jajaran di bawahnya, maka strategi lama yang dimainkan oleh para mafia Migas harus diganti dengan grand strategy baru, mengingat musuh yang dihadapi kali ini benar-benar baru. Bakal ada ‘perang’ antara pemerintah melawan para mafia Migas. Dan musuh terberat yang bakal dihadapi para mafia Migas adalah “Integritas”.
Memutus jaringan
Kemarin, Jumat 22 November 2014, Amien Sunaryadi resmi bertugas sebagai Kepala SKK Migas, menggantikan Pelaksana Tugas Johanes Widjonarko. Penunjukkan Amien yang eks komisioner KPK oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, seperti menabuh genderang perang terhadap para mafia Migas. Padahal Amien bukanlah orang yang paham soal industri Migas dan benar-benar orang baru di sektor ini.
Sebagai eks KPK, Amien kemungkinan besar akan melakukan pembersihan dari dalam terhadap SKK Migas. Cara-cara KPK akan diterapkan dan hampir dipastikan dia akan membuka pintu lebar-lebar pintu SKK Migas bagi para penyidik KPK. Jaringan atau kaki tangan para mafia Migas yang mungkin saja bercokol di SKK Migas dan selama ini bisa bebas beroperasi, bakal tiarap