A : Mantap bung, ngomong-ngomong makelar apa tuh? "
B : Â Macam-macam jenis lah, mobil, rumah, motor atau apa aja lah. Yang penting bukan makelar politik, makelar dukung mendukung atau makelar jabatan. "
   Sejenak obrolan kedua pria itu terhenti, lalu serentet tawa kecil meletup-letup tersendat keluar dari mulut keduanya.Â
A : " Tetapi begini bung, sebelumnya maaf ya. Tapi kurasa aku harus mengeluarkan pendapatku tentang, apakah kita harus bergunjing terus soal carut-marut para penyelenggara Negara ini. "Â
B : " Mengapa begitu ( mengernyit sambil menatap penuh tanda tanya ), sudah jenuh? . "
A : Maaf ( sambil tersenyum), jangan menduga yang macam-macam. Aku bukan pengkhianat partai atau mereka yang mendadak jadi penjilat karena materi atau mengemis jabatan. "
B : " Maksudmu? "
A : " Begini bung, sejak kita berdua sering berbincang soal kejahatan para penyelenggara Negara ini. Belakangan ini aku merasa ada sesuatu yang mengganggu kesehatanku. "
B : " Mengapa bisa begitu?. "
A : " Begini, apa selama ini bung tidak pernah merasakan bahwa disaat  kita berbincang itu. Berbagai jenis kebobrokan dan kejahatan para pejabat dan tokoh yang kita obrolkan itu berkelindan dan mempengaruhi instrumen di otak kita, dan tanpa disadari hal itu punya efek samping yang mengganggu kesehatan kita. "
B : Â " Ah kau terlalu berandai-andai Ipang , masalahnya di mana sampai hal itu membuat kesehatanmu merasa terganggu?. "