Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Terakhir

29 September 2021   12:43 Diperbarui: 29 September 2021   12:50 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan semua kasih sayang itu mendadak lenyap saat Ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. Dia Depresi, apalagi ditambah oleh penderitaan Ibunya yang seolah tak mampu menerima kenyataan itu. 

Sejak itulah, dia malang- melintang menghabiskan masa remaja nya secara ugal-ugalan, Minum, berkelahi dan semua kelakuan negatif lainnya. Dia pernah mengalami keberanian yang maksimal plus dibarengi ketakutan  yang maksimal juga. 

Untung saja, pelariannya yang gelap itu lenyap saat seorang gadis mampu meluluhkan hatinya. Dia menikahi perempuan itu, dan bertekad dalam hati tak akan mengulang kelakuan Ayahnya untuk ber-bini lagi. 

Sayangnya, dua belas tahun yang lalu sang isteri harus pergi lebih dulu akibat penyakit gula yang kronis. Kala itu, dia sempat limbung, kehilangan pendamping  yang sangat dikasihi nya. Untungnya cucu-cucu manisnya telah hadir dan sempat menghibur dirinya dari kepergian sang isteri. 

Nah! Tanpa sadar langkahnya telah sampai di mulut jalan kecil yang bermuara ke jalan utama. Dan diseberang sana, sebuah halte berdiri seolah menanti kedatangannya. 

Menumpang angkot dia akan sampai ke terminal. Lalu dia akan memilih Bus mana yang akan dinaikinya, dan  pilihannya sudah terbenam di kepalanya, sesuai dengan rencana seperti di road-map nya. 

Seperti rencana yang telah lama berkubang di kepalanya itu. Bus yang ditumpangi nanti akan melewati sebuah kawasan hutan jati, dimana dia akan turun disitu dan melaksanakan niatnya.

 Tangannya meraba kedalam tas ransel yang dibawanya. Cuma memastikan bahwa semua yang dibawanya masih ada disitu, selembar plastik tebal transparan berukuran 3×3 serta sejumlah makanan dan air minum. 

Ditengah hutan nanti, dia akan menggelar plastik 3×3 nya dan menggunakannya sebagai tempat berbaring nya yang terakhir. Ya yang terakhir, desisnya  mantap dan yakin. 

Makanan yang dibawanya cuma cukup untuk hari ini. Lalu, setelah itu dia mulai berpuasa. Lelaki tua itu telah mem-perhitung kan, setelah tubuh kurusnya tak makan selama beberapa hari pasti kesadarannya lambat laun bakal menghilang. Dan dia pasti akan mampu melewati proses itu sampai kematian datang menjemput. 

Jauh di dalam hatinya, dia meminta maaf pada kedua anaknya, atas perbuatannya yang mungkin akan memukul perasaan  mereka. Cuma ke kukuh-an tekad untuk tak membuat susah anaknya saja yang telah membulatkan niat itu di dadanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun