Kenapa Harus Naturalisasi
Perjalanan menggapai piala dunia itu semenjak dari jaman Hindia Belanda hingga saat ini, sudah melebihi sebuah siklus  perjuangan, jika saja merujuk pada perjuangan  Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam sebelum wafatnya. Namun Tim Nasional Garuda itu tak kunjung menancapkan cakarnya di perhelatan akbar  sepak bola dunia itu. Â
Sebagai pengingat bahwa  negara Amerika yang nota bene "anak kemarin"  dalam urusan sepak bola sudah "unjuk gigi" di piala dunia. Sehingga muncul  pertanyaan penting yaitu, " mau nambah berapa periode lagi, sebelum mencapai piala Dunia?" ( tentu saja senyum-senyum penuh arti mendengar kata penambahan berapa periode. )
Melihat catatan prestasi yang sendu dan melelahkan  itu rasanya sepak bola nasional ini sudah mencapai ujung perempatan jalan dimana kita harus mengubah arah, menjadikan naturalisasi ini  "sebilah galah" untuk melompat lebih tinggi.  Yang faktanya hingga saat in sudah menorehkan beberapa prestasi kecil dan memperbaiki peringkat dari organisasi sepak bola dunia itu. Â
Perubahan arah kebijakan naturalisasi di atas diilhami sebuah pernyataan,Â
" The definition of insanity is doing the same thing over and over and expecting different results"
Pernyataan di atas Konon khabarnya berasal dari ahli fisikawan yaitu, Albert Einstein ( 1879-1955 ). Namun berdasarkan Kompas.com tanggal 8 Augustus 2022, kemungkinan besar pernyataan tersebut berasal dari kutipan buku, Alcoholics Anonymous.Â
Perubahan itu  memang menjadi keharusan untuk berharap hasil yang berbeda, hingga komentar, " Lebih baik kalah terhormat daripada menang atau seri dengan cara merendahkan martabat bangsa". terjawab oleh catatan sejarah prestasi itu sendiri, yang  menjelaskan bahwa sudah lama kita "terlena  dihormati" dalam bidang sepak bola dan jika tidak berubah maka gelar "kalah terhormat" itu bertambah denganÂ
" insanity " Â di atas. Â Â Â
Harapan  Naturalisasi
Dalam cabang olah raga bulutangkis, naturalisasi itu berbalik arah, pemain kita menjadi incaran  negara lain yang ingin berprestasi. Sehingga kita semua sepakat bahwa  kunci dari naturalisasi pemain itu adalah prestasi.  Sebelum polemik  naturalisasi di sepak bola ini menjamur,  justru bulu tangkis sudah memberikan pelajaran lebih dahulu tentang naturalisasi.Â