Mohon tunggu...
Eddy Boekoesoe
Eddy Boekoesoe Mohon Tunggu... -

Peneliti industri moderen

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Umat Islam dan Industri Moderen

29 Maret 2015   10:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kalau anda mendatangi toko buku terkenal di Jakarta dan menanyakan buku yang berkaitan dengan Islam dan industri, anda pasti kecewa, sebab buku memuat topik itu kosong.

Hal itu tidak perlu diherankan karena organisasi ummat Islam besar di Indonesiapun hanya memusatkan diri pada dakwah, pendidikan, kesaehatan dan urusan sosial saja, tidak pernah punya program di bidang ekonomi, apalagi di bidang industri, apalagi di bidang industri moderen dengan kemampuan membuat nilai tambah yang sangat tinggi. Kalau ada soal ekonomi itupun hanya "ekonomi syariah" yang ditarik dari akar perbankan syariah yang merupakan bagian dari ekonomi, sehingga "ekonomi syariah" kita tidak akan pernah sampai pada persoalan industri apalagi industri moderen yang belum kita nkuasai.

Kondisi diatas yang menyebabkan ummat Islam miskin karena tidak pernah memiliki kemampuan memproduksi nilai tambah secara signifikan sebagai modal untuk mensejahterakan alam semesta sebagai tugas utama khalifatullah fil ard yang diemban oleh manusaia sesuai dengan ajaran Islam.

Islam adalah sebuah keimanan yang moderen, karena ajaran ini tidak menyandarkan keyakinannya terhadap kekuasaan manusia yang dapat bersikap khilaf, tetapi hanya kepada Alllah saja semata. Ciri kemoderenan itu adalah sesuai dengan fatwa ulama besar scientific management Frederick Winslow Taylor yang menyatakan bahwa masa lalu adalah masa manusia terdepan dan masa depan adalah sistem yang menentukan. Islam adalah sebuah sistem yang bebas dari pengaruh manusia sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad yang menyatakan dirinya bukan penguasa tetapi hanyalah hamba dan pesuruh Allah semata. Yang mengatur segala hal itu adalah Allah dengan petunuknya yang tertulis berupa al Quran, contoh dari Rasulullah Muhammaad dan sunatullah yang tidak berbentuk tertulis.

Sedangkan industri moderen sangat kompatibel dengan ajaran Islam yang moderen itu. Soalnya yang kita anut sekarang itu adalah ekonomi primitif yang memisahkan produksi, distribusi dan konsumsi secara tegas, sesuai dengan kegiatan kita sebelum ada revolusi industri. Sesudah revolusi industri yang memoderenkan dunia, produksi, distribusi dan konsumsi itu sudah dilaksanakan oleh industri moderen dalam satu nafas. Industri moderen ini sangat mengakomodasi pelaksanaan tugas manusia sebagai khalifatullah fil ard, sebab industri moderen ini sebagai hasil dari revolusi industri yang memoderenkan dunia, adalah sebuah kemampuan memproduksi barang apa saja, dengan bahan baku apa saja, dalam jumlah berapa saja sesuai dengan kebutuhan manusaia.

Kesimpulannya ummat Islam harus memiliki kemapuan berindustri moderen itu agar mampu mensejahterakan ummatnya  sambil mensejahterakan alam semesta sesuai dengan ajaran agamanya.

Untuk dapat memiliki kemampuan industri moderen perlu langkah dasar seperti ini. Pertama kita harus yakin bahwa ajaran Islam adalah sebuah ajaran moderen. Kedua, ajaran Islam yang moderen ini kompatibel dengan industri moderen hasil revolusi industri. Ketiga, sangat perlu bagi ummat Islam mendalami industri moderen agar dapat melaksanakan kemampuan dashatnya untuk digunakan sebagai cara beribadah kepada Allah.

Bagaimana mendalami industri moderen ini, insya Allah sudah tersedia sebuah  sistem yang sudah teruji untuk mencapainya, yang dapat kita pakai sebagai cara moderen berjihad dijalan Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun