ketika aku mendengar alunan irama damai pada malam natal
senyatanya aku melihat ketelanjangan dunia yang remuk redam
berbeda dengan sebungkah harapan perdamaian yang dikotbahkan- aku melihat bayi merah lahir di kolong jembatan
- aku menyaksikan kaum duafa di puing-puing gubuk derita
yang terkena pelebaran jalan untuk toko serba ada
- aku membaca berita anak jalanan menggelepar disambar mobil
apakah mereka tidak berhak hidup seperti kita ?- aku melihat gelandangan kumuh berpakaian lusuh
sementara aku harus cepat berpakaian untuk pesta natal malam ini
apakah hanya kita yang berhak berpakaian ?- aku menyaksikan rumah sakit yang menolak pasien
dan antrian panjang untuk mohon keringanan biaya
mengapa mereka tidak berhak menikmati pengobatan ?
- ketika seorang kakek menyusuri lorong gelap
untuk sekedar terlena di dalamnya
mengapa tidak ada tempat berlindung di hari tua ?damai natal tidak mengendap di bawah pohon cemara
damai natal tidak terpancar dari pesta pora
natal memanusiakan hidup sesama
itulah arti natal yang sesungguhnya
"selamat natal bagi yang merayakannya"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H