[caption id="attachment_413912" align="aligncenter" width="595" caption="Mychelle Christine bandaso salah satu atlet PB Djarum yang sekarang sering dikirm bertanding keluar. Jangan sampai remaja berbakat ini telat diorbitkan seperti seniornya Melati Daeva Oktavianti atau Gloria Emanuella Widjaja."][/caption]
Di Dongfeng Asian badminton championship yang berlangsung di Wuhan beberapa hari yang lalu Indonesia hanya mengirim Dionisius Hayom Rumbaka dan Maria Febe Kusumastuti di sektor tunggal. Dua duanya adalah pemain PB Djarum. Barangkali pengusus PBSI enggan mengirim atlet tunggalnya entah mengapa.
Kalau di telisik lebih lanjut ternyata Hayom maupun Febe dua atlet Djarum ini sudah dikirim oleh klubnya ke beberapa turnamen sejak awal tahun ini. Malaysia Masters, German Open, All England, Malaysia Open, Singapore Open, Asia badminton championship dan terakhir New Zealand open. Febe hampir sama dengan hayom hanya dia nggak ikut di all England tetapi ikut di Austrian open. Dibandingkan dengan pemain pelatnas ternyata hayom dan febe lebih banyak bertanding di luar negeri. Ini berakibat pada ranking mereka yang terus membaik. Hayom sekarang ada di ranking 23 dan Febe 34 lebih baik dari para pemain pelatnas.
Karena ranking diperoleh melalui banyak bertanding di turnamen internasional, makanya banyak pemain bertanding ke luar negeri lewat klub.  Pemain seperti Ruselly Hartawan (jaya Raya) pun aktif bertanding di singapore open dan New Zealand open atas nama klub. Bahkan pemain seperti Shesar Hiren Rustavito yang sempat mengu durkan diri 2 tahun lalu, kini aktif kembali dan mulai dikirim PB Djarum ke New Zealand Open (28 April-3 Mei) .
Di turnamen selanjutnya yaitu  Thailand International series (5-10 Mei) lebih banyak pemain muda bertanding karena dikirim klubnya seperti, Devi yunita Indah sari, Desanda vegarani, Ghaida Nurul Ghaniyu, Vega vio Nirwanda, bagas kristianto. Juga ada Yantoni Edy Saputra/yahya Adi kumara, Rinov Rivaldi/rahmadiansyah, juga pasangan putri Mychele Christine Bandaso/Serena Kani, Tania Oktaviani/Vania arianti  dan marchelia gischa Islami/ahmadani hariyanti Putri, dan lain-lain kebanyakan mereka adalah pemain PB Djarum.
Susahnya anak anak muda ini kebanyakan harus mengikuti babak kualifikasi bahkan di turnamen kecil seperti Thailand International series ini. Dan di banyak pertandingan mereka harus kalah dari nama nama yang tidak popular dari negara yang asing tentang olah raga badminton bahkan dari pemain dengan umur sebaya sekalipun. Tetapi ini adalah bagian dari perjuangan mereka, semoga mereka bisa survive melewati masa masa sulit ini dan kelak akan muncul menjadi pemain pemain yang berhasil. Salut untuk klub yang telah mengirim pemain pemain mudanya  ke luar negeri terutama PB Djarum, PB jaya Raya.
Semoga klub klub yang lain jangan hanya bangga memenangkan Sirnas saja tetapi juga mau mengirim atlit mudanya ke turnamen di luar negri. Supaya badminton jangan menjadi seperti sepakbola penuh hingar bingar dan kegaduhan tapi minim prestasi. Dan yang lebih penting kita dapat mengejar ketertinggalan dari negera negara lain lewat pemain pemain muda ini
.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI