Orang ini ngotot minta kepeng ("atau dalam bentuk baranglah, Pak," katanya), mungkin yang dia maksud gratifikasi, atas rencana pengadaan pembelian kendaraan di kantornya.Â
Â
Orangnya ganteng, tapi saya pikir, di kepalanya yang dipikirkannya pasti kepeng saja. Setiap pekerjaan yang dilakukannya, "saya harus dapat cipratan untuk kantong saya."
Â
Sudah jelas-jelas ruangan itu no smoking, masih ngotot merokok. "Ruangan asap di sebelah sana," kata saya. "Lebih enak di sini," jawabnya. Jelas, orang jenis seperti ini tak akan pernah memikirkan orang lain.
Â
Soal kepeng dan atau gratifikasi yang diminta, pasti, juga tak memikirkan saya. Padahal jelas-jelas itu dilarang.
Â
Dan suara azan Ashar berkumandang, tak mengendorkan dia menggedor saya. "Permisi Tuan, suara azan memanggil saya." Maka kutinggalkan ia sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H