Mohon tunggu...
Eddie MNS Soemanto
Eddie MNS Soemanto Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Humor

Buku puisinya Konfigurasi Angin (1997) & Kekasih Hujan (2014). Saat ini bekerja di sebuah perusahaan otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dan Kematian Makin Akrab*

31 Oktober 2010   08:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:57 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

DALAM film Transporter 3 ada dialog antara Frank Martin (Jason Statham) dengan Valentina (Natalya Rudakova) tentang kesuraman dan malapetaka. Kematian begitu kentara dekat mereka. Sebab di pergelangan tangan mereka berdua terpasang semacam alat, manakala mereka menjauh dari mobil yang mereka kendarai, mereka akan celaka, alias mati oleh bom yang terpasang di pergelangan tangan tadi. Maut membuntuti ke mana mereka pergi.

Bukankah kita di alam nyata juga seperti itu? Pasti. Tetapi manakala ada ahli dari universitas ternama memperjelas tentang kesuraman dan malapetaka itu, bahwa gempa 8,9 SR tidak akan hanya menyapu pulau-pulau kecil di Kepulauan Mentawai, tetapi juga akan menyisir pantai barat Sumatera. Dan saya ingat Subagio Sastrowardoyo akan puisinya ‘Dan Kematian Makin Akrab’. Di ujung musim yang mati dulu / bukan yang dirongrong penyakit / tua, melainkan dia / yang berdiri menentang angin / di atas bukit atau dekat pantai / di mana badai mengancam nyawa….

Rumah saya dengan pantai barat Sumatera tak lebih dari Jalan Thamrin ke Jalan Jaksa. Sepeleteran. Dan kalau benar apa yang dikatakan oleh ahli gempa, yang katanya bukan untuk menakuti-nakuti, bahwa gempa dan tsunami itu terjadi, apa yang harus saya lakukan? Frank Martin dalam Trasporter 3 bersiasat, dan bahkan malah mendatangi titik kematian itu. Saya, dan banyak penduduk di kota Padang, bukanlah Frank Martin, dan info ahli gempa itu adakalanya membuat parno. Parno bagaimana harus menyelamatkan diri saat gempa datang. Tetapi apakah kita harus selalu berbarengan ke mana-mana dengan anak dan istri?

Bisa jadi ini adalah tulisan saya terakhir. Sementara wajah ahli itu di tivi mengatakan gempa besar dalam waktu dekat akan datang, membayang di kepala saya, entah membayangkan kepintaran atau kebodohannya, senyampang saya juga ingat twit para pesohor di Twitter, waspadai gempa dan tsunami berulang-ulang, tapi di jalan raya setiap hari masih saja ada orang menemui ajalnya.

Di ujung musim / dinding batas bertumbangan / dan / kematian makin akrab…..@

* Dipinjam dari Judul Puisi Subagio Sastrowardoyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun