Mohon tunggu...
Eddie MNS Soemanto
Eddie MNS Soemanto Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Humor

Buku puisinya Konfigurasi Angin (1997) & Kekasih Hujan (2014). Saat ini bekerja di sebuah perusahaan otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pada Akhirnya Terpulang Pada Masing-masing Kita

4 Juli 2016   10:54 Diperbarui: 4 Juli 2016   11:05 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

AKHIRNYA aktifitas puasa itu terpulang kepada diri kita masing-masing. Mau puasa, atau (mau) tidak puasa, maaf, tidak ada orang yang memaksa. Tetapi jujur, jika kita mengetahui bahwa puasa ramadhan itu wajib hukumnya bagi kaum muslimin, pasti kita tidak akan meninggalkannya. Dalam Alquran surah Al Baqarah ayat 183 memperjelas tentang hal itu. "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa."
#Wuihhh tumben tulisannya religius." Suara itu lagi, menegurku. "Halaah kamu, biasa aja keleees?" Begini, kemaren aku menunggu seorang teman di dekat lapangan Imam Bonjol, yang sekarang tempat itu dijadikan ruang terbuka hijau. Kebayangkan pohon-pohon di sana yang rindang banyak menyimpan angin sepoi-sepoi? Hal ini banyak menarik minat orang untuk membuka lapak dagangan. Dari gerobak kopi, bakso, lontong, dan lain sebagainya, sampai ke penyewaan tikar buat tidur-tiduran (maksudnya tidur). Aku pikir di bulan puasa ini keberadaan mereka tak ada. Karena sebelum masuk bulan ramadhan, pihak pemko sudah mengeluarkan edaran untuk tidak berjualan makanan dan minuman di siang hari. Eh, ternyata dugaanku itu salah, mereka pada menggelar dagangan dengan ditutupi kain seadanya. Padahal di seberang jalan terdapat kantor besar kepolisian.  Hmm, atau karena bulan puasa tahun ini mau berakhir, mereka yang jualan itu sudah tancap gas berjualan, pikirku. Tetapi gak juga bisa begitu. Di dalam lapak-lapak itu kulirik -secara fisik- mereka yang duduk dan sedang menikmati hidangan badannya bedegap dan sehat. Juga tidak terlihat seperti orang gila atau kurang waras. Tidak juga ada orang tua. Kalaupun mereka sakit, kenapa ada di tempat yang banyak angin begini? Hihihi. Bukan mau usil ngurusin orang yang tidak berpuasa. Itu mah urusan mereka masing-masing pada Tuhannya. Cuma heran saja, orang-orang yang berjualan ini, seolah mengolok-olok pemko dengan berjualan. Selama ramadhan berjalan sering kita lihat tim Pol PP merazia warung-warung kelambu, yang di dalamnya orang berjualan makanan di sana-sini. Di sana dirazia, di sini di buka. Di sini dirazia, di sana dibuka. Begitu terus dari tahun ke tahun. Yang berjualan, dari kaum kecil, mengaku kalau tak berjualan kami mau makan apa? Di koran aku baca, mereka bilang, "Memang Pak Pol PP mau menanggung makan kami sebulan ini?" Handeeeh. Aku pernah dengar cerita seorang teman, tetangganya berjualan nasi siang hari. Luar biasa ramainya. Kebayang tetangga itu untung besar. Tetapi apa yang kemudian di dapat? Tiap sebentar anggota keluarga tetangga teman itu sakit. Percaya tak percaya. Tapi begitulah, puasa itu akhirnya terpulang kepada diri masing-masing. Dan kuulang sekali lagi, tulisan ini bukan mau usil kepada yang tidak puasa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun