Mohon tunggu...
Eddie MNS Soemanto
Eddie MNS Soemanto Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Humor

Buku puisinya Konfigurasi Angin (1997) & Kekasih Hujan (2014). Saat ini bekerja di sebuah perusahaan otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bangga Menjadi Orang Indonesia, Benarkah?

16 Agustus 2010   15:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:59 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KAPAN terakhir Anda bangga sebagai orang Indonesia? Cuplikan tulisan bernada tanya Pak Salahuddin Wahid di Kompas (Sabtu, 14 Agustus 2010) kemaren, terus terang mengajak pikiran saya terbang ke belakang, ke tahun-tahun silam, mencari-cari, kapan saya menjadi bangga sebagai orang Indonesia. Berlebihan? Mungkin. Warga biasa seperti saya memang bisa menjadi bangga? Pak Salahuddin Wahid saja menjawab sendiri pertanyaan itu dengan "Banyak yang menjawab sudah lama sekali".

Saya tak ingat pasti, apakah saya memang pernah bangga menjadi orang Indonesia. Mungkin ada. Seperti misalnya di daerah tempat tinggal saya tidak ada konflik tak berkesudahan antar suku, ras, atau antar etnis agama. Tidak ada hari yang selalu demo kepentingan. Tidak ada peluru nyasar dari orang yang tidak dikenal. Saya bersyukur atas semua itu. Tapi sayang, dibalik rasa syukur itu, semuanya menjadi semu, begitu tahu, (salah satunya) kebun-kebun (kelapa sawit) yang bertumbuh ternyata semuanya milik orang luar. Modal-modal raksasa itu tak hanya cari makan tapi juga menguasai. Justru hati ini tambah trenyuh, melihat bangsa-bangsa kita yang menjadi makmur dengan ikut korporat itu, tingkahnya menjadi hebat dan jumawa. Persis para penjilat di jaman Belanda tempo dulu yang digambarkan oleh banyak cerita buku dan film.

Ingat Belanda, ingat kalau besok adalah 17 Agustus hari Kemerdekaan Indonesia. Dan seorang rekan di Facebook bertanya, "benarkah kita dijajah Belanda 350 tahun? Dari mana penghitungan itu?" katanya. Padang Ekspress (Senin, 16 Agustus 2010) pun memuat reportase yang mempertanyakan arti kemerdekaan bagi orang-orang miskin. "Kemerdekaan itu hanya milik orang berduit." kata mereka. Mungkin berlebihan apa yang mereka katakan. Tapi mungkin ada juga kebenaran. Banggakah mereka menjadi orang Indonesia? Mungkin kalau mereka tahu ada kasus di perairan Bintan tentang polis Malaysia yang semena-mena terhadap petugas kita, rasa bangga itu pasti memuncak dengan kemarahan kepada ulah orang-orang Malay itu. Justru ulah itu berdekatan dengan kita akan merayakan kemerdekaan 17 Agustus besok.

Sebetulnya kita sudah dijajah oleh Malaysia. Lihat saja kebun-kebun sawit mereka di seantero negeri ini. Ternyata Indonesia itu macan ompong. Rasa bangga saya cabik.@16VIII10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun