Mohon tunggu...
Edi Sutomo
Edi Sutomo Mohon Tunggu... -

Guru Matematika yang pernah mengajar di SMA Insan Madani Meukek, Aceh Selatan sekarang tinggal di Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

SPG dan Rokok

19 November 2014   20:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:23 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi ini dan seperti pagi biasanya kalau sedang nunggu kawan untuk diskusi mengenai suatu project saya nongkrong bareng kawan-2 di warung kopi depan kampus...karena di Malang warung kopi yang jumlahnya ratusan tidak sekedar tempat ngopi (bahkan di kota lain juga) tapi juga digunakan sebagai tempat diskusi bahkan deal project dan kesepakatan kerja.

Ada pemandangan "menarik" sekaligus mengganggu pikiran saya dan seorang kawan saya.

ketika sedang asyik ngopi, ada SPG sebuah produk rokok menawarkan rokoknya. sekilas tak ada yang aneh bahkan ya dianggap biasa ketika sebuah produk rokok menggunakan SPG dan langsung menawarkan produknya kepada perokok yang kebanyakan berada di cafe atau warung Kopi.

Yang membuat "menarik" bagi saya dan 1 kawan saya ya SPG-nya terutama pakaianya. Sepagi ini kami didatangi SPG dengan pakaian "yang kalau lelaki Normal pasti akan berfikiran menggoda dan mungkin pikirannya langsung "kesana" ..." Itu kata kawan saya...

diskiusi dilanjutkan dengan tema yang berubah yang awalnya membahas mengenai pekerjaan menjadi  "kenapa sih SPG rokok itu harus menggunakan pakaian yang seperti itu, dan apa ada korelasi potitifnya antara engka penjualan yg meningkat dg penggunaan SPG yang berpakaian minimalis"

Secara pribadi Jujur saya merasa "kasihan" ngelihat SPG rokok yg masih muda seksi muter-2 warung kopi pagi-2 gini. Mereka mencari uang yg halal dg (maaf) memakai pakaian yg menurut saya ga' cocok deh buat jualan rokok...emang sih itu salah satu teknis marketing. Meski rokok yg dijual bukan merk yg saya konsumsi...terkadang saya  beli kalau ada margin uang yg cukup,

dan pagi ini pun kawan saya dengan iseng mengajak diskusi SPG tadi, ternyata rata - rata usia mereka berumur sekitar 21-30 tahun dengan jam kerja sekitar 5-7 jam perhari. Alasan mereka kenapa kerja di lapangan kerja ini, karena pekerjaannya ringan dan tidak memerlukan pendidikan yang tinggi.

Pengakuan mereka (lagi) seringkali mereka mengalami eksploitasi fisik berupa pelecehan seksual, dan ada pengakuan-nya yang  menurut "bahasa" kami "eksploitasi ekonomi berupa waktu kerja yang sampai malam hari dan tidak terpenuhinya hak-hak pekerja perempuan seperti faktor keselamatan dan hak untuk cuti"

saya teringat ada sebuah kajian feminisme tentang SPG (SPG) dan Rokok dan ternyata menemukannya:

http://www.scribd.com/doc/163549329/Untitled#download

singkat cerita sih kami hanya mengharapkan kepada Perusahaan Rokok dan sejenisnya.kalau mau pake SPG buat promosi nya  baju buat jualan ya jangan terlalu seksi deh...
kasihan ceweknya :-)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun