Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Prahara di Tepi Lautan

28 Februari 2020   15:10 Diperbarui: 28 Februari 2020   15:10 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gemuruh mengguncang. Angin berhembus kencang. Gelombang menepi ke arah karang. Berkali kali membentur kerasnya bebatuan. Lalu kembali membentuk buih buih di permukaan. Kau tahu, saat ini samudra tak sedang tenang.

Aku berdiri ditepian. Kurasakan dinginnya hembusan sang bayu kala fajar. Kurasakan keangkuhan ombak menantang susunan bebatuan. Kurasakan dahsyatnya riak tirta yang menjauhi daratan. Kurasakan gejolak pada samudra yang terbentang.

Kali ini badai mampir menerjang. Dahan kelapa melambai mengucapkan salam perpisahan. Pada jejak jejak di pasir yang terhapus ombak lautan. Pada mimpi mimpi yang hanyut ke laut pasang. Pada bulir kesedihan yang menguap hilang.

Aku masih berdiri di tepian. Memandang semuanya dengan senyuman. Dalam bingkai kenangan. Dengan sebungkus kebahagiaan. Sebab badai kan pergi. laut kan tenang kembali. Angin kan berdamai dengan tepian. Dan aku baik baik saja hingga nanti.


Benuo Taka, 28 Februari 2020.


Thank you PPB
Warisan ilmu akan abadi dalam ingatku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun