Aku pernah bermimpi melukis pelangi. Seperti tujuh bidadari turun ke bumi. Cantik, manis bagaikan peri. Dengan selendang warna warni, pesonanya mampu menaklukkan hati perjaka yang tengah sendiri. Namun aku gelisah harus memulainya dari mana. Warna apa yang harus kuberi. Agar lukisanku terlihat hidup dan berseri.
Aku pernah bermimpi melihat pelangi. Seperti orang yang tengah jatuh cinta. Penuh warna warni. Kadang aku senyum senyum sendiri. Kadang aku melamun di awal harmoni pagi. Kadang aku tertawa lepas bagai badut tanpa beban diri. Namun setelah itu rasanya damai sekali. Tenang bagai di tepian sunyi.
Dan sekarang aku selalu bermimpi memeluk pelangi. Bukan dalam tidurku. Tapi dalam derap langkah asaku. Dimana dadaku selalu menjadi singasana hatimu. Dimana tanganku selalu menggenggam hasratmu. Dimana jantungku selalu memburu senyummu. Hingga aku selalu tergagu. Dalam kata cinta untukmu. Dimana tanganku selalu bergetar memelukmu.
Kau tahu mengapa?
Sebab kau lah pelangi itu.
Benuo Taka, 8 Februari 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H