Di rapat itulah semua terungkap. Aku yang sempat berfikir terjadi sesuatu dengan Mawar pun tak terlalu terkejut dengan informasi itu. Sebab dari gerak gerik ibu dan anak yang dapat kutangkap dengan mata kepala, ada hal riskan yang dialami anaknya. Dan hal itu jelas mempengaruhi proses belajarnya di sekolahnya.
Mawar, anak yang ceria kini harus berjuang melawan keterpurukannya. Sakit radang pembuluh darah yang diidapnya membuat dia harus hati hati berpikir dan bertindak di setiap harinya. Dia tak mungkin lagi melawan rasa lelah. Sebab tubuhnya tak akan mampu menerima. Itulah sebabnya akhir akhir ini tubuhnya lemah.
Entah apa yang ada di dalam tempurung kepala dokter yang memeriksanya waktu itu. Dokter bukan Tuhan tapi orang tua Mawar seakan percaya sepertinya dia Tuhan saja. Prediksi medis memperkirakan usia Mawar hanya setahun saja. Kesimpulan itu diambil karena kemungkin pecahnya pembuluh darah lebih besar adanya.
Bahkan, dalam sebulan ini, perkembangan penyakitnya tak mengarah ke titik positif. Penyebaran radang pembuluh darahnya sudah sampai pada bagian wajah. Hingga kesehariannya, dia selalu mencium anyir darah lewat hidungnya. Padahal sebelumnya baru sampai batas lutut ke bawah. Mungkin karena aktifitas yang tinggi, sehingga kelelahan tak dapat dihindari.
Mawar sudah tahu semua. Bahkan dia sudah membawa penyakitnya ini sejak lama. Sejak dia duduk di bangku sekolah dasar dulunya. Namun Mawar tak pernah mau kalah. Dia terus berjuang untuk melawan penyakitnya. Hingga teman teman, kami bapak ibu gurunya di sekolah tak ada yang tahu. Itu kemauannya. Sebab dia tak ingin hidup dalam genangan rasa iba.
Mawar tak mau menyerah dengan keadaannya. Dia tetap ingin pergi ke sekolah layaknya pelajar seusianya. Dia tetap ingin belajar bersama teman teman sekelasnya. Dia tetap ingin menikmati masa sekolahnya. Tergambar ketegaran dari raut wajahnya. Tak ada sinar kesedihan di sana. Meskipun kami tahu, ada perasaan rapuh dari balik bening bola matanya.
Kini kebijakan sekolah harus dikeluarkan. Toleransi atas apa yang terjadi. Menjaga kondisi dan situasi agar tak membebaninya. Mengatur strategi agar belajar berjalan relaks dan menenangkan baginya. Sebab resiko yang dihadapi sangat besar sekali. Pecahnya pembuluh darah membawa akibat fatal bagi nyawanya.
Tetap berjuang, Nak. Selalu semangat. Tak ada yang tahu rahasia Tuhan untuk kita. Kehidupan adalah awal dari datangnya kematian. Perjumpaan adalah awal dari hadirnya perpisahan. Kita adalah sebagian aktor dari kisah misteri yang Tuhan ciptakan. Jadi berserah dirilah padaNya. Sebab hanya Dia lah yang maha tahu apa yang terbaik bagi kita.
Tetaplah jadi anak yang ceria. Tetaplah jadi anak yang tegar. Buatlah yang terbaik bagi hidup kita. Sebab kematian masih sebuah rahasia. Bisa saja ada yang lain dari kita yang akan mendahuluimu, Nak. Tanpa sebab apa apa. Tanpa ada berita dan ada tanda tanda. Tanpa harus bersakit sakit dahulu di awalnya. Jadi, pasrahkan lah semuanya padaNya. Doa kami selalu mengalir untuk kesembuhanmu, Nak.
Benuo Taka, 2 Februari 2020.
Mawar (Nama samaran) merupakan siswa kelas 9 SMP yang berjuang melawan kelainan pembuluh darah akut yang dideritanya. Dalam ketidaksempurnaannya, dia masih bisa berdiri dengan kuat dan menyembunyikan kegelisahannya selama ini. Semoga Mawar bisa pulih kembali.