Sebut saja dia mawar. Seorang pelajar SMP yang memiliki semangat juang tinggi untuk hidup lebih baik lagi. Terlahir dari keluarga sederhana namun kaya hatinya. Dekat dengan ibu yang tak pernah melahirkannya. Santun pada bapak ibu gurunya. Ceria bersama teman temannya.
Mawar begitu aktif dalam kegiatan di sekolah. Kegemarannya dengan bola volley menghantarkan dia sebagai atlit olah raga permainan itu di tingkat sekolah. Kegesitannya mengembalikan bola lawan, kekuatan smash yang dihasilkannya, membuat pembina ekskul memilihnya.
Mawar terpilih sebagai atlit untuk tim inti pada pertandingan volley antar sekolah di tingkat kabupaten. Dalam tiga kali laga, Mawar berhasil membawa timnya ke ajang bergengsi di kabupatennya. Meski tak pulang dengan label juara, setidaknya ada kenangan yang ditorehkannya di bidang yang dia suka.
Sejak saat itu, Mawar dikenal luar biasa oleh teman sepermainannya. Mawar yang lincah. Mawar yang gesit. Mawar yang rajin. Begitulah guru dan teman teman menilainya. Meskipun dari segi akademik, dia termasuk lambat dalam mencerna ilmu eksakta. Tapi ketekunannya tak membuat nilainya merosot semua.
Di suatu pagi, saat bimbel pelajaran UN dimulai, dia terlihat tak seperti biasanya. Badannya lemah, wajahnya pucat, tingkahnya kurang bergairah. Kemana Mawar yang ceria? Tak ada yang mengetahuinya. Semua berjalan tiba tiba saja. Dia hanya bisa menelungkupkan wajahnya di balik lipatan tangan di atas meja.
Setelah hari itu, waktu waktu berikutnya terasa sangat kontras sekali. Keceriaan Mawar yang dulu benar benar hilang. Sering tidak masuk sekolah karena sakit. Tubuhnya lemah tak mampu beraktifitas berat seperti biasa. Rasa lelah begitu cepat menderanya meski hanya dengan menghabiskan hari dari pagi sampai sore dengan santai di sekolah.
Wali kelas pun semakin panas telinganya sebab seringnya mendapatkan laporan ketidakhadiran Mawar di sekolah hampir di setiap minggunya. Tak ada yang tahu penyebabnya. Mungkinkah musim pancaroba yang membuat tubuhnya lemah? Ataukah faktor lelah yang membuat semangat belajarnya turun semua?
***
Dua Minggu setelah pemantauan wali kelas terhadap Mawar tidak menemukan perubahan yang signifikant, akhirnya wali kelas dan guru BK berinisiatif memanggil orang tuanya ke sekolah. Ada uneg uneg yang mewakili isi kepala bapak ibu guru yang harus diketahui orang tuanya. Berharap misteri ini dapat terungkap nyata.
Keesokan harinya, ibunya Mawar menghadiri undangan di sekolah. Sebagai seorang anak, ketika melihat ibunya hadir di sekolah, tentu hal ini menjadi sesuatu yang teristimewa baginya. Dia menghampiri ibunya lalu sigap memeluknya. Dan aku lihat, mata ibu mulai berkaca tanpa aku tahu penyebabnya.
Selepas pembicaraan panjang antara wali kelas, guru BK dan ibunya Mawar, wali kelas terkesan sibuk mempersiapkan segala hal. Ketika ditanya soal kedatangan orang tua ke sekolah, wali kelas hanya tersenyum simpul saja. Begitu pula guru BK. Sampai akhirnya kepala sekolah mengadakan rapat terbuka antara guru mata pelajaran, guru BK dan Kepala sekolah.