Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pasir Pun Tak Mampu Berbisik

5 Februari 2020   19:11 Diperbarui: 5 Februari 2020   19:12 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hari begitu legam. Serangga kecil berada dalam masa kesedihan. Angin pun tak mampu berdesir diantara rerumputan kering. Daun daun seolah mati. Waktu beringsut pergi. Meninggalkan luka dalam tepian hari.

Berita duka bertandang di tengah hari. Mengupas ingatan diri. Tentang lemahnya jejak kaki menapaki mimpi. Tentang rendahnya kuasa diri atas takdir ini. Segala hal tentang harap akan hari nanti.

Sepertinya Tuhan rindu sujudnya. Tak terhitung jeda waktu melupakanNya. Lama tak terdengar rintih memohon diantara gerimis tengah malamNya. Hingga lupa dzikir dzikir terakhir memelukNya.

Kini telah kering air mata. Merapuhkan tembok ketegaran di dalam hatinya. Bunga-bunga terdiam melihatnya. Bahkan pasir pun tak mampu berbisik. Bersama hujan, merasakan kesedihannya.

Benuo Taka, 5 Februari 2020.


Teruntuk mawar, mendekat lah kepadaNya. Bisikkan lah pinta diantara waktu waktu terbaiknya. Dia Maha Mendengar segala harap. Yakinlah.


MET ULTAH Mba Widz. Sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan YME. Aamiin....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun