Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kuncup yang Bersembunyi

3 Februari 2020   17:34 Diperbarui: 3 Februari 2020   17:49 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuncup yang bersembunyi. Kelopak hijau merangkul lipatan mahkotanya dari sengatan dingin embun pagi. Di mana senyuman mentari mulai mengarak mimpi. Dan berita kesedihan prajuritnya tak pernah sampai ke telinga ratu lebah kali ini.

Kini kelopak Mawar merekah. Membagi daya tariknya lewat aroma mahkota. Wanginya laksana bebauan aroma therapi. Namun kisahnya tak pernah bisa dinikmati. Tersimpan sunyi dalam bilik hati. Tertutup pintu pintu besi. Mati suri.

Tiba tiba saja petalnya sayu dan melayu. Gugur bersama butiran butiran mimpi. Satu demi satu menuju pembaringan berdarah. Dalam genangan pekat semerah mahkota yang merekah. Meski durinya tak pernah bisa melukai.

Terjulur dengan segenap pinta. Periathium indah berpasrah diri. Melukis cahaya meski kibasan angin menyakiti. Sebab ada mimpi untuk esok hari. Mawar merah akan mekar kembali. Dari generasi fitrah yang tegar berdiri. Dengan tameng tameng berduri.

Benuo Taka, 3 Pebruari 2020.

Teruntuk Mawar, tetaplah tegar berdiri. Doa kami selalu menyertaimu. 


Happy anniversary Mba Widz. Doaku beserta langkahmu. Sehat dan murah rezeki. Jangan lupa traktirannya dong

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun