Di sekitarnya ada anak semut, anak capung, anak musang dan anak burung Pipit yang selalu jijik melihat tubuhnya. Tapi kali ini tidak. Mereka semua malah mendekatinya.
"Hai, ulat. Kamu luar biasa. Sekarang kamu terlihat indah." Anak semut mendekati sayapnya.
"Iya. Kami tak jijik lagi denganmu." Anak burung Pipit pun mendekatinya.
"Kalian mau menjadi temanku?" Ulat yang telah berubah menjadi kupu kupu bertanya.
"Pasti mau, dong." Anak musang mendekati kupu kupu juga.
"Tapi mengapa waktu saya baru saja terlahir ke dunia, kalian semua pergi menjauh dariku?" Ulat tak percaya pernyataan teman temannya.
"Kami memang salah. Semua hewan diciptakan Tuhan dengan kelebihan dan kekurangan. Kami baru sadar setelah ibu musang menjelaskannya pada kami. Maafkan kami." Anak semut mewakili teman temannya menjelaskan.
"Apakah kamu mau memaafkan kami?" Anak burung Pipit bertanya.
"Kami janji tak akan mengejekmu lagi. Apalagi kamu sekarang jauh lebih cantik dari kami." Anak capung berkata.
"Aku telah memaafkan kalian semua. Yang penting sekarang kita jaga kerukunan diantara kita. Sebab hidup akan lebih indah jika kita damai." Ulat dengan bijak memaafkan teman temannya.
"Terimakasih ulat... Eh, kupu kupu." Ucap teman temannya serentak.