Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Berita Cuaca

2 Januari 2020   09:26 Diperbarui: 2 Januari 2020   11:49 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arak arakan awan mencumbui langit biru. Bergumul dengan perubahan suhu. Kadang pekat warnanya. Menghalangi larinya cahaya tajam ke bumi. Sesekali gumpalan itu melangkah sedikit dari tempatnya. Memberi ruang pada mentari untuk memamerkan sebagian sinarnya.

Bumi pun ikut merasakan gundahnya. Kadang gerimis menghantarkan dingin. Nanti hujan memanggil genangan. Suatu saat panas menyentuhnya. Sampai embun pun pergi lebih dulu sebelum matahari menyapa pagi. Datangnya tak bisa diterka. Perginya menjadi hal biasa.

Perkiraan perkiraan datang dan pergi begitu saja. Seperti pengumuman di kotak suara. Segala hal tentang berita cuaca. Kekal dengan perubahannya. Tak bisa dipilih. Tak mampu dibendung datangnya. Tak bisa pula disalahkan dampaknya. Tinggal otak kita pintar pintar menyikapinya.

Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 2 Januari 2019.

Turut bersimpati dengan banjir Jadetabek. Semoga solusi mengalir deras dari pemikir pemikir dan penguji penguji teori air dan tata ruang kota sebelum kehancuran membinasakan ekosistemnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun