Ada canda tawa diantara anak lobster di bebatuan karang. Kata mereka, "Hidup kita lebih nyaman di birunya laut samudera." Bertumbuh hingga dewasa. Menikmati aliran kasih sayang dari alam dan koloninya. Hingga bermanfaat kelak bagi petani tambak.
Namun amukan badai menerjang keasikan mereka. Terceraiberailah anak lobster diantara tangis dan takut. Ada mulut berbisa yang meniupkan udara duka. Anak lobster akan dibawa semua. Kata manusia, "Anak lobster akan keluar negeri juga."
"Kemanakah mereka membawa kita?" Anak anak lobster bertanya tanpa pernah mengetahui jawabannya. Detik terlewati dalam perputaran masa. Jam semakin bertambah ke angka tinggi. Anak anak lobster tertegun dalam sepi di kotak mati.
Lalu beberapa waktu kemudian, anak lobster dikumpulkan dalam ruang yang menciptakan gigil. Dipaksa ikhlas berbagi tempat dengan balok balok beku. Seiring berlarinya waktu, anak lobster hipotermia. Akhirnya mati termakan kepentingan manusia.
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 18 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H