Pak Mentri, Seperti Inikah yang Kau Mau?
Ganti Menteri ganti kebijakan itu sudah biasa. Tapi terobosan baru yang ditunggu adalah hal yang luar biasa. Terutama bagi guru yang terus dideru dengan setumpuk administrasi yang katanya perlu.Â
Apalagi harus meninggalkan tugas dan fungsinya sebagai guru hanya karena tugas tambahan yang semakin berliku. Sekarang ditambah lagi dengan teknologi yang memburu. Guru harus melek teknologi karena itu. Guru oh guru, betapa berat bebanmu. Kalau Dilan merasa berat dengan rindu, kalau guru beratnya sampai ngilu ngilu linu.
Sebelum mengajar, guru harus membuat perangkat administrasi guru seperti Program tahunan, program semester, analisis Minggu efektif, analisis kompetensi inti dan dasar, silabus dan RPP dengan menulis tangan melulu. Bisa dibayangkan betapa lelahnya jari ini yang harus berjam jam memeluk pulpen dan buku untuk kelengkapan semua itu.Â
Sekarang guru tinggal memanfaatkan perangkat komputer yang bisa menggantikan aktivitas menulis menjadi lebih menyenangkan. Minimal ada data yang dapat disimpan lebih lama di komputer dalam bentuk soft copy dari pada di buku.Â
Sehingga tahun awal mengerjakannya saja yang agak sibuk. Setelah itu tinggal pembaharuan data yang dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang menjadi yang baru.
Seperti itu pula sekolahku. Mengikuti perkembangan yang ada. Penerapan kegiatan belajar mengajar yang berbasis IT sudah diterapkan sejak lama. Penggunaan program Microsoft office dalam pembuatan perangkat administrasi, proses belajar di kelas bahkan penilaian hingga rapotan sudah sangat membantu.Â
Semua perlu waktu. Karena tidak semua guru bisa dan menguasai hal itu. Namun keinginan manajemen sekolah untuk menerapkan itu diikuti dengan memberikan In House Training pada guru betul betul membawa perubahan baru. Sekarang semua guru tak lagi menemui kesulitan yang berarti dalam kegiatan KBM berbasis IT.
Begitu pula dalam proses penilaian dan evaluasi. Kita tahu bahwa  proses pembelajaran selalu diakhiri dengan penilaian. Baik harian maupun penilaian tertentu seperti pertengahan semester dan akhir semester tiap tahunnya. Dulu menuliskan soal kemudian menyerahkan pada TU untuk diketikkan masih diampuni.Â
Sekarang, tak ada kata maaf jika guru tak bisa mengetikkan soalnya satu satu. Bahkan In House Training dilaksanakan oleh sekolah demi mengajarkan pada semua guru agar tak gagap teknologi yang satu itu.Â
Bisa membuat soal, membuat kisi kisi soal dan pedoman penskorannya, bisa melakukan penilaian dan bisa menganalisis soal yang dibuat satu persatu bahkan bisa menyerahkan nilai olahannya dengan rapi tanpa alasan babibu. Jika kami tak mengandalkan teknologi, tentu jemari ini akan rontok satu demi satu. Teknologilah yang membantu kami melengkapi semua itu.