Nik, kutahu kau belum siap tuk mengungkapkan semuanya pada ayahmu. Tak apa. Aku pun masih rela menunggu. Betapa besar kesabaran yang Tuhan karuniakan pada manusia. Jadi, tak perlu mencari alasan bagiku untuk tak mampu menunggumu.
Nik, maafkanlah. Aku tahu hati ini selalu ingin bersamamu. Tapi, dari bulir bening yang jatuh di pipi ranummu, aku tak sanggup meneruskan mau ini. Aku bukanlah makhluk egois yang tak mau tahu. Aku juga punya hati yang lembut khusus untukmu. Untuk menunggumu.
Dan bila mana hati ini mulai tumbuh keraguan, kuselami kebersamaan kita lebih dalam. Agar kutemukan manisnya secangkir kopi yang kau seduhkan. Atau nikmatnya himpitan kedua jemarimu dipinggangku saat kau tersipu malu. Hingga akhirnya tak ada lagi keraguanku tuk selalu menunggumu.
Aku sanggup tuk menghadapkan wajah ini pada ayahmu. Aku sanggup tuk membunyikan ikrar cinta ini dari bibirku. Aku masih sanggup tuk menggandeng tanganmu meninggalkan masa lalu. Namun kuperlu restu itu. Percayalah Nik, kusayang kamu.
******
Mohon maaf Pak Zaldy, kupinjam dulu Nik untuk menemani bait baitku malam ini. Sekiranya, kisah cinta merekalah yang masih nyantol di kepalaku😊🙏
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 15 Nopember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H