Desir suaramu seperti loncatan peluru. Keluar satu persatu dari senapan mesin otomatis. Terus menerus menuju ke kepalaku. Tepat mengenai otak kananku. Mengisi ruang imajinasi dan emosiku. Memenuhi lamunanku. Seperti membentuk kalimat konseptual yang menggebu. Katamu, "Aku padamu."
Lalu otak kiriku sibuk menghitung hitung. Sudah berapa kali kau ucapkan itu. Mengurutkan dari kali pertama kau ucapkan itu. Hingga sekarang mengalir menganak sungai di pikiranku. Kalau dulu aku acuh, sekarang tak bisa begitu. Secara alami bahasa tubuhmu teranalisis kalau kau jatuh hati padaku.
Aku tahu itu. Aku peka dan mengerti perasaanmu. Hatiku pun tak membatu. Aku pun punya rasa seperti itu. Rasa dimana ada hangat menjalar di hatiku. Rasa dimana ada rindu pinta bertemu. Rasa dimana ada kata dalam sebuah tujuan. Namun maaf, aku tak mampu mengalihkan rasa itu darinya. Ya, dia kekasih halalku.
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 14 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H