Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Penyesalan Terbawa Mati

4 Juli 2019   06:59 Diperbarui: 4 Juli 2019   14:09 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika cinta tak mampu memilih, ketika itulah keserakahan merasuki jiwa. Keengganan perahu tertambat pada satu dermaga membuat jiwa petualang semakin berkelana. Singgah dibanyak tempat meskipun hanya datang sesaat. Membuai jiwa-jiwa suci dengan harap lalu pergi dalam sekejap.

Mentari pun tak Sudi membias pelangi ketika hadirnya hujan hanya tuk sekedarnya di bumi. Pun dewa Dewi  memandang sinis pada wajah tampan lelaki yang berdiri tertawa tanpa henti melihat derita jiwa-jiwa perempuan yang tersakiti. Sekali lagi, bahkan untuk yang kesekian kali, sang lelaki menciptakan perih.

Namun lihat senyum kemenangan itu. Senyuman yang terlukis di wajah-wajah yang terurai janji lelaki. Senyum puas tanpa harus dikuliti. Melihat lelaki tersakiti hanya karena satu warna pelangi. Warna suci dari sekian banyak gradasi warna warni. Putih dalam balutan cinta yang telah pergi. Teriring penyesalan dalam hati lelaki. Penyesalan terbawa mati bersama kekasih yang tulus mencintai.


Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 23 April 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun