Ketika cinta tak mampu memilih, ketika itulah keserakahan merasuki jiwa. Keengganan perahu tertambat pada satu dermaga membuat jiwa petualang semakin berkelana. Singgah dibanyak tempat meskipun hanya datang sesaat. Membuai jiwa-jiwa suci dengan harap lalu pergi dalam sekejap.
Mentari pun tak Sudi membias pelangi ketika hadirnya hujan hanya tuk sekedarnya di bumi. Pun dewa Dewi memandang sinis pada wajah tampan lelaki yang berdiri tertawa tanpa henti melihat derita jiwa-jiwa perempuan yang tersakiti. Sekali lagi, bahkan untuk yang kesekian kali, sang lelaki menciptakan perih.
Namun lihat senyum kemenangan itu. Senyuman yang terlukis di wajah-wajah yang terurai janji lelaki. Senyum puas tanpa harus dikuliti. Melihat lelaki tersakiti hanya karena satu warna pelangi. Warna suci dari sekian banyak gradasi warna warni. Putih dalam balutan cinta yang telah pergi. Teriring penyesalan dalam hati lelaki. Penyesalan terbawa mati bersama kekasih yang tulus mencintai.
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 23 April 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H