Arunika ufuk timur mencerahkan dunia. Menghibur riak kemelut sebentuk jiwa. Meronta-ronta akal pikiran berkelana. Memandang keriuhan tanah surga. Mencari pembenaran atas kehancuran bioma.
Menggunung tanya terbawa dersik sang Bayu. Menguap hilang tertiup mulut-mulut berbisa. Membentuk sediment risau di hati sang penyeru. Menyumpal amarah dalam relung dada. Bergemuruh, menderu, membentuk gelombang massa.
Negeriku layaknya candramawa. Dimana manusia-manusia suci tertutupi kelam. Dan yang gelap terbiaskan cahya putih. Dalam tangis hujatan dan cacian tak beradap. Terselimuti mega suram, berkabut dalam rundungan duka.
Dimana negeriku yang dulu. Elok rupa ramah ruhnya. Menautkan tangan-tangan mulia, mendamaikan jiwa. Di mana hijaunya tanah ibu. Sejuk nan rindang menghalau debu. Menahan gejolak tirta yang meradang. Mengamankan bioma.
Titik rindu membasahi relung-relung jiwa. Damba negeri gayeng nan berseri indah. Meluap resah berganti cinta. Menyongsong cita dan harap di tanah surga. Berpayung langit ramah pada yang bernyawa. Berisi manusia-manusia yang mulia
Untuk Kebangkitan Tanah Air Tercinta
HarKitNas, 20 Mei 2019
21 Tahun reformasi bangsa
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 26 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H