Kau tak bisa menilaiku terlalu tua untuk melakukan sesuatu. Namun kau juga tak boleh membayangkan semuda apa diriku. Jawabanmu diujung harapanku, membuat raga ini tegak berdiri memburumu.
Kau tak tahu dan tak pernah mau tahu bahwa sang bayu tak pernah lagi membawa berita gembira untukku. Meskipun mentari bersinar cerah, namun keausan atmosfirnya mendatangkan bencana bagiku. Celah sempit yang dulu kau buat kini semakin melebar dan membawa petaka bagiku.
Andaikan kamu hadir di sini, aku akan tetap menerimamu. Merentangkan kedua tanganku. Bukan untuk memelukmu. Bukan pula untuk menyalamimu. Namun untuk menangkap hatimu. Lalu menghujaninya dengan peluru, agar kau rasa betapa sakitnya ditembus benda tumpul nan panas itu. Hingga kau tahu bagaimana rasa sakit itu.
Apakah tak ada rasa iba di dalam jiwamu? Atau tak ada hati dalam ragamu. Hingga kau bisa mencabik-cabik asa dan menghempaskan rindu ke dasar murka. Dan menghapus kamu dalam kamusku.
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 4 Mei 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H