Baru saja memulai mengetik, anak saya yang baru menyandang status siswa kelas 10 SMA memergoki saya. Setelah melirik layar laptop, ia langsung mengajukan protes.
Judulnya salah Pa, yang benar itu Cinta Ditolak, Dukun Bergerak, begitu, seperti judul …
Ya ya, tapi, di sini judulnya berubah.
Mengapa berubah? Kan jadi aneh, masa sih hanya gara-gara tulisan ditolak, mesti mengerahkan Mbah Dukun segala?
Ya ya, tapi di sini kan nggak pakai dukun beneran.
Lalu, dukun macam apa maksudnya? Memangnya Papa yang mau jadi dukun?
Ha ha ha, boleh boleh, Papa mau jadi dukun aaah.
Lalu apa saran Mbah Dukun kepada mereka yang cintanya, eh,tulisannya ditolak?
Begini kata Mbah Dukun : “kalau tulisanmu ditolak, ya terima saja dengan lapang dada”.
Yeee, kok cuma itu katanya?
Ya, hanya itu, ada kelanjutannya, tapi nanti. Sekarang masih rahasia, nunggu hari baik. Biarkan Mbah Dukun memberi jampi-jampi dulu agar hasilnya lebih manjur.
Baiklah kalau begitu. Nanti sampaikan cerita lanjutannya untukku ya Pa, eh Mbah.
Nggak ah. Nanti Mbah hanya mau cerita kepada teman-teman Mbah.
Teman-teman Mbah yang mana?
Yang di kompasiana.com.
Aah, Papa, eh, Mbah, sombong banget!!
Omong-omong, di kompasiana, ada juga lho teman Mbah yang nama depannya sama.
Siapa?
Mbahwo, ….. hi hi hi hi. Belakangan ia tidak tampak, sedang semedi kali. (just kidding)
( I Ketut Suweca , 11 Juli 2011)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H