Duduk istirahat sore hari sambil minum setengah cangkir kopi sungguh menyenangkan dan membuat rileks. Apalagi ditemani sedikit kue kering. Acara istirahat dan santai sejenak semacam itu terasa lebih klop lagi jika disertai bahan bacaan ringan. Begitulah, saya menyeruput kopi bertemankan dua potong kue sambil membaca Kompas (29/11).
Membuka halaman demi halaman Kompas, ternyata ada hal yang menarik yang disampaikan Mohammad Nuh ketika berbicara di hadapan mahasiswa kurang mampu penerimabeasiswa Bidik Misi di Universitas Negeri Manado, Sabtu (24/11), di Minahasa.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kita ini memandang matematika bukan sekadar angka dan rumus-rumus sulit. Menurutnya, matematika juga mengandung falsafah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan.
Mohammad Nuh mencontohkan, bilangan setengah pangkat satu hasilnya adalah setengah. Kemudian, setengah dipangkatkan dua sama dengan seperempat. Dan, setengah pangkat tiga hasilnya seperdelapan. Kesimpulannya, bilangan kurang dari satu jika dipangkatkan semakin tinggi, hasilnya semakin kecil.
Sebaliknya, jika bilangannya lebih besar dari satu, dua misalnya, maka dua pangkat dua hasilnya empat. Lalu, dua pangkat tiga hasilnya delapan, begitu seterusnya semakin tinggi hasilnya. Kesimpulannya, jika bilangan lebih dari satu dipangkatkan, maka hasilnya akan semakin besar.
Lalu, apa falsafahnya? “Seseorang yang kepribadiannya rendah atau kurang dari satu, ketika diberi pangkat tinggi, justru hasilnya akan rendah,” ujar Nuh seraya berpesan agar aspek karakter/kepribadian, terutama kejujuran menjadi pegangan para mahasiswa.
Selamat berkarya.
( I Ketut Suweca , 30 November 2012).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H