Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penulis yang Aneh? Sayalah Orangnya!

13 Maret 2011   00:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:50 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sahabat kompasioner mungkin sudah menyimak tulisan saya di sini yang berjudul Bau Buku Itu. Kalau belum, silahkan diperiksa kembali. Di situ saya menulis bahwa saya memiliki kebiasaan aneh: sambil membaca saya suka membaui buku-buku baru. Bau buku itu, bagi saya, sangat unik dan khas. Sulit menggambarkan baunya seperti apa. Yang jelas, bau kertas, he he he. Tetapi, kali ini saya tidak bakal lagi bertutur tentang bau-membaui buku baru, melainkan kebiasaan aneh lainnya. Apa itu? Penasaran?

Begini. Saya suka sekali menulis untuk koran dan majalah. Sebagian tulisan itu berhasil dimuat dan saya mendapatkan rupiah dari situ, di samping mendapat kepuasan batin karena telah berhasil mengekspresikan pemikiran melalui tulisan.

Begitu sebuah artikel saya dimuat di koran, saya akan segera membacanya hampir tanpa kesabaran. Saya baca tulisan itu dengan pelan-pelan dan cermat. Saya nikmati, seperti menikmati kopi dan kue pagi hari menjelang berangkat kerja. Datang dari kantor, saya membacanya sekali lagi, sama cermatnya dengan pembacaan yang pertama kalinya. Lalu, saya taruh kembali koran itu. Keesokan harinya, bahkan untuk beberapa hari kemudian saya akan baca lagi dan lagi artikel yang sama. Saya akan kembali membacanya setiap kali saya ingin. Saya mendapatkan kepuasan batin dengan membacanya berkali-kali. Inilah keanehan saya yang kedua setelah keanehan pertama, membaui buku.

Untuk apa saya membaca artikel itu? Di samping untuk alasan kepuasan batin, saya dapat meneliti adakah perubahan yang dilakukan redaksi terhadap tulisan yang saya kirim. Saya bandingkan tulisan asli dengan tulisan yang telah dimuat. Saya periksa dari judul, alinea pertama hingga terakhir. Saya belajar dari perbaikan itu. Tetapi, terus-terang, saya kadangkala kecewa dengan pemenggalan kata atau kalimat yang dilakukan redaksi yang, menurut saya, membuat tulisan itu tidak lengkap atau bahkan rusak. Sebaliknya, saya senang kalau ternyata editing yang dilakukan membuat tulisan itu menjadi lebih baik. Bagian yang pada umumnya diperbaiki atau diubah adalah judul, alinea pertama, dan alinea terakhir.

Selain itu, dengan membaca artikel yang sudah dimuat di media secara berulang-ulang, dorongan untuk membuat tulisan berikutnya akan semakin kuat, bahkan tidak terbendung. Bagaikan sebatang korek api, tulisan pertama itu menjadi pemantik yang membakar semangat saya untuk segera membuat tulisan berikutnya. Begitulah selanjutnya, setiap keberhasilan pemuatan tulisan di sebuah media mendorong saya untuk membuat tulisan yang lebih banyak dan lebih baik lagi.

Demikian dulu ya sahabat kisah nyata saya kali ini. Sampai bersua pada serial I Love Writing (16) dengan subtema : Kesalahan Nol Persen, Mungkinkah?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun