Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penulis Seyogianya Rajin dalam Empat Hal

16 Agustus 2011   14:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:43 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya masih teringat dengan pelajaran berharga dari salah seorangmentor saya di bidang tulis-menulis. Nama beliau: Widminarko. Beliaulah yang menjadi pembimbing saya tatkala dulu masih terlibat sebagai kontributor untuk tabloid (sekarang koran) TOKOH yang dipimpinnya. Banyak pelajaran yang saya peroleh dari beliau dalam tugas-tugas jurnalistik, terutama bagaimana menerapkan ekonomisasi kata, juga bagaimana melakukan interview terhadap narasumber/tokoh, mengarah pada pengembangan pokok bahasan yang sedang diperbincangkan. Uniknya, saat itu, beliau membimbing saya melalui telepon atau surat, bukan bertatap muka langsung, karena kami saling berjauhan. Beliau di Jakarta, saya di Bali.

Yang tak pernah saya lupakan adalah jurus ampuh menjadi jurnalis sejati yang dikembangkan dan diturunkan kepada generasi penerus beliau. Apakah itu? Kata Pak Widminarko, “Kalau hendak menjadi seorang wartawan yang sukses, kunci utamanya ada empat hal, yakni rajin membaca, mencatat, berdiskusi, dan mendokumentasi. Keempat hal ini harus dipahami dan dipraktikkan.” Apakah maksud Pak Widminarko? Saya uraikan secara bebas sebagai berikut.

Pertama, rajin membaca. Seorang jurnalis harus rajin membaca. Mengapa mesti rajin? Anda tentu bisa menjawabnya hanya dengan membayangkan seperti apa jadinya jika seorang wartawan tak suka membaca. Tak pelak lagi, kata-kalimatnya akan kering, gersang, sama sekali tak menarik dibaca. Dari tulisan-tulisannya akan tampak sekali perbendaharaan kata-nya sangat terbatas. Dengan rajin membaca, niscaya seorang wartawan akan memiliki kosakata, pengetahuan dan informasi yang luas, dan ini akan mewarnai kualitas artikel-artikel yang dihasilkannya.

Kedua, rajin mencatat. Pak Widminarko mengaku prihatin melihat orang yang datang ke seminar, simposium, sarasehan, atau sejenisnya, hanya untuk duduk dan ngobrol dengan teman di sebelahnya. Jarang ada inisiatif untuk membuat catatan. Banyak sekali orang yang malas mencatat sambil mendengarkan ucapan pembicara. Padahal, katanya, dengan mencatat orang terbantu dalam melekatkan gagasan ke dalam ingatan.

Ketiga, rajin berdiskusi. Perlu dipegang sebuah prinsip bijak: temanku adalah guruku. Jadikan teman sebagai guru. Yakinilah bahwa setiap orang memiliki kelebihan atau keunggulan tertentu untuk dipelajari, di samping kekurangan atau keterbatasannya. Seorang jurnalis mesti memegang prinsip ini untuk memastikan pengetahuannya kian bertambah dari waktu ke waktu.

Keempat, rajin mendokumentasi. Dokumen menjadi penting tatkala pada suatu saat nanti ia membutuhkan dalam penyusunan sebuah artikel. Jika pendokumentasiaan atau pengarsipan yang dilakukan tidak baik, maka dokumen yang diperlukan bisa jadi sangat sulit ditemukan kembali. Oleh karena itu, mendokumentasikan bahan-bahan tulisan, juga hasil karya sendiri dan orang lain, menjadi sangat penting. Bagi seorang wartawan, kliping koran itu sangat penting sebagai referensi yang berharga.

Saya berpendapat, empat hal utama di atas tak hanya cocok untuk para jurnalis. Para calon penulis, penulis pemula, dan penulis senior sekalipun seyogianya mempedomani ke empat hal ini dalam upaya membangun dan menjaga eksistensi karier di bidang penulisan.

Jadi, kita jangan pernah lupa untuk: rajin membaca, rajin mencatat, rajin berdiskusi, dan rajin pula mendokumentasi bahan-bahan referensi. Yakinlah bahwa semua itu sangat berguna dalam mendukung keberhasilan karier penulisan kita.

(Tulisan ini saya susun menjelang mengikuti acara Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI, pada tengah malam.)

Selamat malam.

( I Ketut Suweca , 16 Agustus 2011).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun