Matahari belum terbit tatkala saya memulai mengetik naskah ini. Mengapa sepagi itu? Karena, saya rindu menulis, kerinduan yang kini datang lagi. Selalu saja muncul keinginan menulis, menulis apa saja. Kerinduan menulis itu sulit sekali dikekang apalagi diabaikan. Saya bisa gila jika mendiamkannya. Maka, sayapun mengisi pagi ini dengan meracik kata di laptop. Tak tahu pasti akan menulis apa, tapi saya terus saja mencoba menulis. Nah, ada ide yang bisa saya tulis, tentang kisah kemarin malam. Ceritanya begini.
Ketiga keponakan saya suka sekali membaca. Itulahsebabnya, Adi, salah seorang di antara mereka saya ajak ke toko buku. Dengan sepeda motor kami meluncur ke Gramedia Duta Plaza Matahari Denpasar. Adi bertugas memilihkan buku untuk kakak dan adiknya. Dia tahu persis majalah atau buku macam apa yang disukai saudaranya itu. Dia mengambil tiga majalah. Majalah Bobo Junior untuk sang adik dan Majalah Bobo terbitan khusus tentang JK Rowling dengan Harry Potter-nya untuk si kakak. Untuk dirinya sendiri dipilih majalah XY Kids. Jadilah tiga majalah tersebut dibeli untuk memuaskan dahaga membaca ketiga keponakan saya itu.
Saya sendiri memilih bacaan selaras dengan minat. Yang satu berjudul Menulis Itu Seksi karya Alberthiene Endah, terbitan Gramedia Pustaka Utama. Buku ini berisi 1001 trik menulis fiksi dengan asyik. Pada kilasan isi yang tercantum di cover belakang buku ini disebutkan, menulis fiksi kini telah menjadi impian banyak orang. Selain telah masuk ke dalam lifestyle masa kini, menulis fiksi juga menjadi sarana untuk membebaskan geliat seni menulis yang berkembang seiring dengan makin majunya kancah sosialisasi dunia maya. Sayangnya, tidak semua calon penulis berani unjuk gigimerealisasikan kemampuan mereka dalam karya nyata. Alasannya banyak, antara lain tak ada mood, juga takut atau gentar menulis. Endah, penulis buku ini, berpandangan bahwa setiap orang sesungguhnya bisa menulis.
Itulah sapaan saya pagi ini sebelum memulai aktivitas. Matahari tersenyum merekah di ufuk timur, menghalau udara dingin dengan kehangatannya. Keponakan saya sudah bersiap-siap berangkat ke sekolah. “Pak Tut serius sekali,” kata Santi, salah seorang dari mereka yang menyadarkan saya dari kesuntukan meracik kata.
Pagi ini, kerinduan saya menulis, sudah sedikit terobati.
( I Ketut Suweca, 21 Juli 2011)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H