Akhirnya, hasil seleksi masuk perguruan tinggi diumumkan melalui media massa cetak dan internet. Mereka yang lolos tentu merasa gembira karena bisa masuk di perguruan tinggi idamannya. Ada yang diterima melalui jalur undangan dan prestasi, ada pula melalui ujian tertulis. Apapun jalurnya, kegembiraan karena diterima di perguruan tinggi benar-benar mengesankan. Takhanya bagi si calon mahasiswa, para orang tua pun ikut bahagia. Betapa tidak, di tengah-tengah begitu ketatnya seleksi masuk perguruan tinggi, tapi akhirnya bisa lolos, tentu hal ini sangat membanggakan dan patut disyukuri.
Itu bagi mereka yang sudah diterima. Beda halnya bagi mereka yang masih harus berjuang lagi melalui jalur test tulis mandiri yang dilaksanakan sejumlah perguruan tinggi. Masih ada harapan, tapi tetap saja ada perasaan was-was apakah bisa diterima atau tidak. Itulah sebabnya, para orang tua pada umumnya, memilih perguruan tinggi lain sebagai cadangan jika sang anak tidak diterima di PTN. Di mana pun diterima, entah di PTN maupun di PTS, harus tetap disyukuri karena sang calon mahasiswa sudah mendapatkan tempat untuk menimba ilmu dan mempersiapkan masa depan mereka.
Di samping mereka memilih kuliah di daerah/kota sendiri, sebagian ada yang memilih di luar daerah. Anak-anak yang berasal dari NTB, NTT, Jawa Timur, misalnya, diterima di Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Singaraja atau di Universitas Udayana (UNUD) Denpasar. Anak-anak dari Bali, dari Sumatera, dan daerah lainnya, diterima di Univeritas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta atau Universitas Indonesia (UI) di Jakarta, misalnya. Jadi, mereka mesti merantau, meninggalkan rumah demi menuntut ilmu.
Bagi para orang tua, mungkin agak berat melepas putra-putri mereka untuk belajar ke luar daerah. Itu normal saja. Demikian pula bagi si anak, adalah tidak mudah berpisah dari orang tua setelah sejak bayi sudah tinggal bersama di rumah. Secara psikologis, ‘perpisahan’ ini menyisakan sejumlah kekhawatiran, baik pada diri si anak maupun orang tua. Tetapi, mau tak mau, kedua pihak, baik anak maupun orang tua, harus sama-sama ikhlas berpisah untuk waktu yang mungkin relatif lama. Betapapun kekhawatiran itu muncul karena akan tinggal berjauhan, harus diterima demi pendidikan.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum sang buah hati berangkat menuju kampus tujuan. Di antaranya, tempat indekost/asrama, rekening bank atas nama si anak untuk mempermudah pengiriman uang, surat/dokumen yang diperlukan saat awal kuliah seperti foto-copy ijazah dan nilai nasional, foto-copy akte kelahiran, dan pas foto. Di samping itu, ada pula kebutuhan akan pakaian, tas, obat-obatan ringan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Keperluan di rantauan ini benar-benar harus dipersiapkan secara matang sehingga ketika berangkat dan tiba di tujuan, segala sesuatunya lancar dan tersedia. Tidak ada barang atau dokumen yang diperlukan tertinggal di rumah. Menggampangkan persoalan bisa jadi akan menimbulkan kesulitan belakangan. Oleh karena itu, persiapan jauh-jauh hari sebelum berangkat hendaknya dilakukan secara cermat.
Sahabatku, para orang tua yang memiliki putra-putri mahasiswa baru, mari persiapkan si buah hati dengan sebaik-baiknya. Mari kita dorong dan doakan mereka agar belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai prestasi terbaik. Mari kita ikhlaskan mereka untuk pergi menuntut ilmu nun jauh dari kita. Mari kita latih mereka hidup mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Mari kita antarkan mereka menuju masa depan yang lebih baik dibanding keadaan kita sekarang.
( I Ketut Suweca , 16 Juli 2012).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H