Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ide Itu Ternyata Bisa Beranak-pinak!

18 Juli 2011   12:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:35 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Outline. Itulah yang umumnya harus kita siapkan sebelum menyusun sebuah tulisan. Dengan outline atau kerangka karangan, kita terbantu menata alur pikiran tatkala menuangkan segala gagasan ke atas kertas atau ke mesin ketik. Kita diringankan dengan bantuan pokok-pokok pikiran itu. Menulis menjadi lebih mudah dengan ketersediaan outline.

Akan tetapi, mungkinkah kita menulis tanpa outline? Seorang sahabat mengatakan, bahwa kalau menulis singkat, satu atau dua halaman misalnya, ia tidak memerlukan outline. Dia menambahkan, bahwa ide-ide itu datang dan mengalir begitu saja, bagai air yang mengalir deras dari ketinggian. Benarkah? Sudahkah Anda mencoba, bahkan mungkin sudah menjadi kebiasaan Anda menulis tanpa outline?

Saya sudah sering menerapkan kiat menulis tanpa outline ini, termasuk tatkala menulis untuk kompasiana. Proses imajinatifnya begini: Saya duduk di depan laptop dan mulaimemejamkan mata sejenak, mohon kepada Tuhan agar berkenan memberikan satu ide yang bakal menjadi tema tulisan. Beberapa menit berlalu. Tiba-tiba sebuah ide muncul! Duh senangnya, mendapatkan ide awal yang berharga ini.

Selanjutnya, saya mulai mengetik dan mengetik. Ide utama yang saya dapatkan dari kemurahan Tuhan di awal tadi menjadi beranak pinak saat sedang mengetik. Muncul ide-ide lain yang sejenis, yang menunjang ide awal. Semua ide itu saling melengkapi satu sama lainnya, tercipta koherensi.

Yang mengejutkan, ide-ide itu mengalir lancar, lancar sekali. Yang tadinya tak ada, menjadi ada. Yang sebelumnya tak terpikirkan, menjadi terpikirkan. Yang semula berada entah di bagian mana pikiran, lalu tiba-tiba muncul. Eh, semua ide itu memerintahkan saya untuk mengetikkannya. Kalau terlambat memperhatikannya, dia menghilang begitu saja. Kedatangannya memang lantaran saya undang, tapi kepergiannya tidak saya antar.

Tiba-tiba saya merasa ide-ide itu hadir dari langit kecerdasan semesta. Yang Mahacerdas menghadiahkan sejumlah ide dan saya hanya bertugas mengetikkannya. Saya merasa seperti pipa paralon kosong yang dialiri energi dahsyat.

Duh Gusti, terima kasih atas semua ini. Tuhan telah berkarunia untuk saya dan para sahabat sehingga bisa terus menulis di sini, di kompasiana.

Selamat malam. Selamat beristirahat.

( I Ketut Suweca , 18 Juli 2011)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun