Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gede Prama : Setenang Pepohonan, Selembut Rerumputan

17 Mei 2012   04:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:11 3689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabatku, dua minggu lalu saya singgah ke TB Gramedia, membeli tiga buku. Dua buku terkait studi, satu lagi buku dari penulis dan pembawa obor pencerahan : Gede Prama. Tentu saja sahabat mengenal nama Gede Prama, bukan? Kalau ada yang masih belum tahu, saya paparkan sedikit identitas Gede Prama.

Gede Prama adalah seorang murid di jalan meditasi. Mulai belajar meditasi dengan dibimbing Guru simbolik sejak kecil di Desa Tajun, Bali Utara. Beasiswa pernah membawanya bersekolah hingga ke Inggris dan Prancis. Karirnya di dunia korporasi membuatnya pernah dudukdi posisi puncak. Pelayanannya pada kehidupan membuat dia sudah menerbitkan puluhan buku, membimbing sejumlah murid meditasi, pesan-pesannya mengalir melalui media cetak, televisi, dan internet. Ketekunan pernah membawanya belajar spiritual hingga di lereng gunung Hilamaya, India Utara. Kendati demikian, ia tak pernah berhenti untuk belajar semakin rendah hati.

Itulah sahabat, cuplikan singkat siapa Gede Prama yang saya ambil dari buku yang berjudul Setenang Pepohonan, Selembut Rerumputan: Menyembuhkan, Mendamaikan Diri dari Dalam, terbitan Karaniya (2011).Lalu, apa isi buku ini?

Di dalam buku ini dituturkan, bahwa penderitaan terjadi di mana-mana. Mulai dari bencana alam, teroris, kekerasan, bunuh diri hingga dengan penyakit aneh-aneh. Bila pada umumnya manusia menakuti penderitaan, buku karya Gede Prama ini justru menempatkan penderitaan sebagai panggilan Guru untuk memasuki gerbang spiritualitas mendalam. Hampir semua guru dihaluskan batinnya melalui penderitaan. Dicontohkan, Jalaludin Rumi mengalami kesedihan mendalam kehilangan Guru. Nelson Mandela dipenjara 27 tahun. Bunda Teresa menghabiskan hampir seluruh hidupnya di tengah kesedihan dan kemiskinan. Mahatma Gandhi wafat ditembak. YM Dalai Lama kehilangan negerinya tatkala masih berusia belasan tahun.

Seperti besi tua yang mengkarat, tanpa diapa-apakan, pasti tenggelam ke dasar lautan. Penderitaan juga serupa, kalau manusia hanya mengeluh serta tidak melakukan apa-apa, maka penderitaan akan membawa manusia tenggelam di alam bawah setelah kematian. Tapi, bila besi tuanya dihaluskan dan diolah menjadi kapal laut, ia tidak saja membuat manusia batal tenggelam tapi juga bisa menjadi kendaraan untuk pergi ke tempat yang lain. Penderitaan bisa menjadi kendaraan spiritual mengagumkan untuk pulang ke rumah pencerahan. Di rumah pencerahan, kehidupan setenang pepohonan serta selembut rerumputan. Di rumah itu, manusia bisa mendamaikan dirinya dari dalam.

Sahabat, itulah beberapa petikan kalimat dari buku Gede Prama. Kalausahabat penasaran dan ingin menyelami isinya, segeralah dapatkan buku bernuansa spiritualitas ini. Kulit buku berketebalan 256 halaman ini bergambar pemandangan alam dengan bunga teratai nan indah. Bagusnya lagi, buku ini dilengkapi CD audio. Mendengan suara CD ini, Anda akan merasa dibawa tenggelam dalam ketenangan, kedamaian, dan kejernihan. Nikmatilah.

( I Ketut Suweca , 17 Mei 2012).

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun