Aku duduk di sofa ruang tamu setelah usai mengerjakan pekerjaan terkait studiku. Aku ngobrol bersama istri sambil nyeruput secangkir kopi. Kopi hangat yang ditemani dua potong kue basah menjadi begitu nikmat disantap saat udara dingin seperti saat ini.
Hujan masih mengguyur bumi . Satu jam berlalu, tapi belum juga reda. Tetesan-tetesan airnya yang ditiup angin membasahi teras rumah.
Tiba-tiba petugas pengantar koran datang. Seperti biasa, ia membunyikan bel sepeda motornya. Aku bergegas menuju pintu pagar rumah untuk mengambil koran Kompas yang kami langgani sejak 7 bulan terakhir.
“Hujan-hujan Pak. Nggak tunggu reda dulu?” sapaku kepada pengantar koran itu.
“Ya, gimana lagi, harus diantar, biar nggak kesiangan Pak,” sahutnya.
Ia pun dengan cepat mengeluarkan koran dari bawah jas hujan dan menyerahkannya kepadaku. Kuterima koran itu dan melindunginya dari basah dengan memasukkan di balik baju yang kupakai. Tak lupa kusampaikan terima kasih kepada pengantar koran yang berdedikasi itu. Kuberlari masuk kembali ke rumah.
“Mandilah dulu,” kata istriku tiba-tiba.
“Sebentar saja,” sahutku seraya mulai membuka koran itu halaman demi halaman.
“Pa, sebaiknya mandi dulu, nanti setelah mandi, baru baca koran,” saran istriku yang hafal dengan kebiasaaku kalau sudah membaca koran atau buku, acap lupa segalanya, he he he.
“Ya, iya, lihat judul-judulnya saja dulu,” kataku sekenanya.
Eh, ada yang menarik perhatianku. Pada halaman 32, Kompas edisi Sabtu, 14 januari 2012, tertera judul Djenar Maesa Ayu Ketagihan Menulis. Biasalah, kalau artikel atau pembicaraan tentang tulis-menulis so pasti selalu menarik perhatianku.
Novelis ngetop, Djenar Maesa Ayu, bakal meluncurkan antologi cerpen T(w)ITIT!-nya tepat di-ultah-nya yang ke-39, 14 Januari. Hebatnya, ia bisa menyelesaikan 10 dari 11 cerpen dalam antologinya itu hanya dalam 10 hari. Berarti, satu hari satu cerpen! Pantaslah kalau ia bilang bahwa inspirasi itu tidak bisa dicari. Sebaliknya, inspirasilah yang mendatangi seseorang. Saat dibalut inspirasi, Maesa Ayu bekerja seperti orang kesetanan.
Bagi para penulis fiksi, proses kreatif itu sangat personal sifatnya. Bisa berbeda dengan pendapat orang pada umumnya. Persis seperti pendapat Djenar Maesa Ayu tentang inspirasi di atas.
(Terima kasih untuk semua sahabat yang sudah membaca tulisan sederhana ini. Salam hangat dan selamat berkarya).
( I Ketut Suweca, 14 Januari 2012).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H