"Diantara orang2 besar Amerika jang banjak itu hanja sedikit benar jang lebih menarik perhatian dari Benjamin Franklin. Semasa hidupnja yang begitu lama, orang jang terkemuka dalam pelbagai lapangan ini telah mendapat nama sebagai wartawan, ahli filsafat, ahli negara, sardjana, diplomat dan filantrop: hampir tidak ada lapangan usaha manusia jang tidak diberkatinja dengan buah tangannja. Dia adalah seorang Amerika terkemuka dalam dunia ini."
Pembaca tentu sudah bisa menebak buku macam apa itu dari kutipan di atas. Ya, benar, itu buku biografi kehidupan orang-orang terkenal di dunia. Di dalam buku tersebut diurai dengan indahnya kehidupan Benjamin Franklin, James Watt, Wolfgang Amadeus Mozart, Giuseppe Garibaldi, Ezra Cornell, Abraham Lincoln, Charles Dickens, John D. Rockefeller,Thomas Alva Edison, dan banyak lagi yang lainnya. Buku ini benar-benar 'jadul' (jaman dulu): bahasanya memakai ejaan lama dan kondisinya hampir lapuk.
Ceritanya, pada tahun 80-an seorang teman baik 'menghadiah'-kan buku itu untuk saya walau saya tidak sedang berulang tahun atau apa. Mungkin sayang saja kalu dibuang begitu saja. Dia membawakan buku itu tanpa komentar apa-apa. Karena buku tersebut tanpa kulit luar (cover), beberapa bagiannya sudah sobek, tulisan sudah agak buram, dan kotor pula, saya jadi tak tertarik memperhatikannya. Saat itu, saya letakkan saja buku tersebut di antara sedikit buku yang ada di rak hingga sampai suatu saat saya baru ngeh kalau buku itu ternyata memendam mutiara yang luar bisa indah.
Baru setelah menyadari betapa bagusnya isi buku tersebut, saya pun mulai membacanya dengan serius. Kebetulan, saya terbilang orang yang suka membaca biografi tokoh yang berhasil mewarnai dunia. Saya mengetahui judul buku ini dari Kata Pengantar-nya yang sebagian sudah sobek. Di situ disebutkan bahwa buku tersebut merupakan terjemahan dari buku Poor Boys Who Became Famous karya Sarah K. Bolton. Tambahan lagi, buku tersebut sudah masuk ke edisi ke-56!
Seperti saya sebutkan di atas, buku yang kita perbincangkan ini tanpa kulit depan dan belakang. Tampak luarnya sama sekali tak menarik. Kalau pun, misalnya, dibuang di pinggir jalan, mungkin orang tak akan tertarik memungutnya kecuali petugas kebersihan yang akan membawanya ke tempat pembuangan sampah akhir. Tapi, tengoklah isinya di dalam. Buku ini mengisahkan perjalanan hidup tokoh-tokoh dunia yang terkenal seperti disebutkan di atas. Mari kita periksa beberapa mutiara itu, dipetik persis seperti dituturkan di dalam buku ini.
Dalam berkisah tentang Benjamin Franklin, ada kalimat seperti ini: "Telah beberapa lamanja, ia beladjar dan mengarang waktu malam hari dan njatalah bahwa dia pandai pula menulis karangan yang sama dengan apa jang ditjetaknja setiap hari." Lalu ada pula kalimat ini: Dia bekerdja dan beladjar dengan keras, kerap kali ia tidak makan sebab uang lebih diperlukanja untuk membeli buku2." (hal 3, 5). Pada halaman 8, disebutkan: "Selama hidupnya, Franklin haus akan pengetahuan, tidak sadja oleh ambisi pribadinja, akan tetapi oleh karena ia mentjintai seluruh alam kehidupan dan manusia dan ingin mengetahui segala hal jang ada pada alam dimana dia sendiri berada. Banjak waktu digunakanja untuk membatja."
Pada bagian yang berkisah tentang Ezra Cornell, disebutkan bahwa Cornell memutuskan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan di bukit karang Ithaca yang kini dikenal dengan nama Cornell University. Dia menyumbangkan tanahnya sendiri seluas dua ratus acre bagi pendirian universitas dan menyediakan lima ratus ribu dollar biaya pertama pembangunan. Dari sejak itu, perhatian Cornell terhadap universitas itu tidak pernah berkurang. "Dewasa ini, Cornell University jang indah itu, terletak tinggi di pegunungan Ithaca dengan pemandangan pada danau Caguya, diakui orang sebagai salah satu lembaga pendidikan jang terkemuka di seluruh dunia (hal.68).
Tatkala bertutur tentang Abraham Lincoln (Abe, nama kecilnya), ada kisah tentang kejujurannya seperti berikut; "Pada suatu kali karena telah mendjual kepada seorang ibu barang2 seharga dua dollar enam seperempat sen dan kemudian diketahuinja bahwa dia waktu mendjumlahkan menghitung kelebihan enam seperempat sen. Walaupun hari telah malam ditutpnja tokonja dan ia berdjalan dua atau tiga mil untuk mengembalikan uang itu kepada langganannja jang tertjengang melihatnya. Pada ketika jang lain, seorang perempuan membeli setengah pon teh; setelah diketahuinya kemudian bahwa terpakai olehnya anak timbangan seberat empat ons, ia segera memulai perdjalannja yang panjang ke rumah langganannja untuk menambah kekurangan tadi. Kedjadian2 itu menjebabkan Lincoln memperoleh gelaran 'Abe jang djudjur', nama mana lekat padanja seumur hidupnja." (hal. 67).
Nah, itulah sedikit saja dari banyak mutiara terpendam dalam buku ini. Kutipan di atas mengingatkan kita akan pentingnya belajar/membaca untuk menambah pengetahuan, pentingnya kerelaan berkorban untukmembangun pendidikan, dan pentingnya kejujuran untuk hidup yang baik. Itulah sebagian kecil dari nilai-nilai moral yang dapat dipetik dari buku lusuh tersebut.
( I Ketut Suweca , 24 Agustus 2012).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H