Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Belajar Jurus Menulis Artikel Langsung dari Koran

19 Desember 2011   12:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:03 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kebiasaan saya usai pulang kerja adalah duduk sejenak dan minum kopi. Secangkir kopi hangat bagai hadiah berharga setelah hampir seharian bekerja. Tak hanya menyeruput kopi dan kue yang dibeli di warung pada pagi hari, saya pun menyimak koran hari itu. Enak sekali rasanya, minum kopi dan kue seadanya sambil membaca koran di teras rumah. Duduk lesehan tanpa alas memberi nuansa dingin yang menyegarkan.

Kompas adalah sebuah koran nasional yang saya langgani secara pribadi. Koran ini dikenal paling diakui kualitasnya, baik isi maupun bahasanya. Orang di daerah saya lebih banyak berlangganan koran daerah supaya dapat mengikuti perkembangan pemberitaan di daerah. Dulu saya juga berlangganan koran daerah. Tapi, enam bulan terakhir, saya berlangganan Kompas karena mau belajar beberapa "jurus" darinya. Tentang apa?

Pertama, saya belajar dari berita dan pengetahuan umum yang disuguhkan. Setiap terbit selalu saja ada hal-hal baru dan istimewa yang disajikan. Beberapa diantaranya kubaca dengan cermat perlahan-lahan. Maklum, saya ingin menyerap isinya dengan lebih baik. Berita-berita yang menurut saya tak begitu penting, saya lihat sekilas saja. Sembari membaca, saya perhatikan data dan informasi yang ada di dalamnya. Saya berikan perhatian khusus terhadap laporan hasil survey (riset), tajuk, dan opini pada koran itu. Jika informasi dan pengetahuan itu berharga, maka pada bagian halaman depan koran tadi akan saya bubuhkan tanda tertentu bahwa isi koran itu perlu didokumentasi dan sewaktu-waktu bisa kumanfaatkan sebagai referensi ketika menulis artikel senada. Jadi, koran bagi saya merupakan sumber referensi yang aktual dan sangat bermanfaat.

Kedua, saya belajar bagaimana para wartawan dan penulis opini beken menuangkan ide-ide mereka ke dalam bahasa tulis. Inilah salah satu hal yang sangat menjadi perhatian saya: bagaimana cara mereka menuliskan gagasan! Memperhatikan para penulis beken meramu kata dan kalimat sebagai representasi ide-ide, sungguh menyenangkan. Salah satu yang kuperhatikan adalah bagaimana mereka membuat intro/lead dan ending tulisan. Kedua hal ini merupakan kunci keberhasilan pengungkapan di samping isi yang harus berbobot. Di samping itu, saya amati bagaimana mereka menyelipkan data, membuat pengandaian atau analogi, dan ungkapan-ungkapan yang menggugah.

Ketiga, saya perhatikan pula identitas penulisnya. Identitas mereka biasanya dicantumkan pada bagian akhir artikel. Para penulis Opini Kompas adalah orang-orang yang kompeten di bidangnya. Rupanya koran akan memberikan apresiasi khusus soal kompetensi ini. Hanya tulisan yang ditulis oleh mereka yang kompeten di bidangnya yang dipertimbangkan untuk dimuat. Unsur kedalaman dan analisisnya pasti akan tampak jelas dalam tulisan kalau dikerjakan oleh mereka yang kompeten. Dari sini saya belajar bahwa kompetensi itu penting, dan menulis di bidang yang sesuai dengan kompetensi juga penting.

( I Ketut Suweca , 19 Desember 2011).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun