"Yang paling penting, kami sama-sama suka menghabiskan waktu untuk berdiskusi, bertukar ide, dan berpikir tentang dunia," ujar Robinson dalam wawancara dengan Komite Nobel Ekonomi, seperti dikutip Kompas (16/10/2024).
Menulis Buku
Masih menurut Kompas, pada tahun 2001 mereka bertiga menulis dan mempublikasikan artikel The Colonial Origins of Comparative Development: An Empirical Investigation.Â
Selanjutnya, pada tahun 2012, Acemoglu dan Johnson menulis buku Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity and Poverty, yang mengkaji secara mendalam alasan di balik pertanyaan klasik: mengapa suatu negara bisa kaya dan negara lainnya miskin?
Melalui buku itu, mereka berargumen bahwa kesejahteraan suatu negara sangat tergantung pada kualitas pemerintahan, terutama tata kelola institusi ekonomi dan politik di negara tersebut.
Mereka membagi negara ke dalam dua jalur institusi, yaitu negara dengan institusi inklusif (inclusive institution) dan ekstraktif (extractive institution).
Dalam teori mereka disebutkan, institusi ekonomi dan politik yang inklusif, yang memberi akses secara merata kepada komponen masyarakat dan menaruh perhatian kuat pada kualitas sumber daya manusia, akan mendorong suatu negara ke arah kemajuan.
Sebaliknya, institusi yang ekstraktif, yang disetir oleh sekelompok elite dan hanya menguntungkan segelintir orang, membuat negara itu sulit maju dan bahkan terjebak menjadi negara miskin.
Sepanjang sejarah, sistem yang mengeksploitasi masyarakat dan kekayaan negara demi kepentingan segelintir adalah musuh besar kemajuan. Sistem ektraktif itu memiliki banyak wajah, mulai dari monarkhi, tirani, hingga oligarki yang akhir-akhir ini menjangkiti banyak negara.
Efek Kolonialisme
Pertanyaannya, apa yang membuat sebagian negara memiliki institusi yang inklusif dan yang lainnya ekstraktif?