Sesuai dengan jadwal, acara pertama adalah mejantos atau mesuaka (bahasa Bali). Kata mejantos atau mesuaka artinya datang ke rumah keluarga calon mempelai wanita untuk menyampaikan maksud meminang.
Tentu saja jauh-jauh hari sebelum acara mejantos ini, saya dan istri sudah melakukan pembicaraan dengan orangtua calon mempelai wanita. Kami sudah beberapa kali bertemu dan mendiskusikan hal ini sebelumnya sehingga acara mesuaka berjalan lancar.
Intinya, pada acara mejantos itu kami menyampaikan maksud akan meminang putrinya tiga hari hari kemudian dan membuat upacara pernikahan sesuai dengan adat-istiadat yang berlaku. Kami jelaskan juga kapan acara meminang, natab pawiwahan, dan resepsinya, baik menyangkut waktu, tempat, dan hal lainnya yang terkait.
Tiga hari setelah mejantos, kami hadir lagi ke rumah calon mempelai wanita. Kali ini kami menghadirkan keluarga besar, termasuk Lurah dan prajuru adat. Di rumah calon besan (warang--bahasa Bali), sudah banyak keluarga dari pihak calon besan menyambut kehadiran kami.
Paling tidak ada 35 orang yang menyertai kami ke situ. Dari pihak keluarga yang kami kunjungi juga sekitar itu juga jumlahnya.
Dalam pertemuan tersebut dibicarakan tentang peminangan. Yang mewakili pihak keluarga kami menyampaikan maksud dan tujuan kami datang dan dari pihak keluarga setempat memberikan respons dengan baik.
Ditanyakan pula mengenai kesiapan dan kesungguhan hati kedua calon mempelai untuk memasuki jenjang hidup berumah tangga. Misalnya, apakah keduanya sudah benar-benar saling mencintai? Apakah keduanya sudah siap untuk membangun rumah tangga?
Diberikan juga nasihat oleh beberapa tetua yang hadir agar kedua mempelai menjaga perkawinan tersebut sepanjang hayat karena perkawinan itu adalah hal yang suci. Caranya adalah dengan selalu setia kepada pasangan, saling mengasihi, saling menguatkan, dan melangkah bersama untuk mencapai masa depan yang bahagia dan sejahtera.
Acara itu dilengkapi pula dengan pencatatan administrasi, baik yang berkaitan dengan administrasi kedinasan maupun adat. Lurah dan prajuru adat dan dinas dari kedua belah pihak dihadirkan untuk menyaksikan upacara tersebut sekaligus menuntaskan administrasi kedua calon mempelai.
Acara itu dilanjutkan dengan persembahyangan bersama di Pura atau Sanggah keluarga setempat dan sungkem kedua mempelai kepada kami, kedua orangtua pihak wanita dan pria.