Terdapat banyak definisi mengenai budaya organisasi. Dua di antaranya akan penulis kutipkan di sini.
Pertama, Sweeney dan McFarlin (2002) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah "bagaimana dan mengapa orang-orang bertindak, berpikir, dan merasa dalam suatu organisasi."
Selanjutnya, Cushway dan Loodge mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem nilai yang dianut oleh sekelompok orang di dalam organisasi di mana sistem itu akan memengaruhi cara bekerja, berperilaku, dan beraktivitas.
Dari kedua definisi dan ditambah uraian sebelumnya, menjadi jelas bahwa budaya organisasi adalah sistem nilai dalam kebersamaan (sharing values) dalam organisasi yang dipedomani oleh seluruh anggotanya yang mewujud ke dalam sikap dan perilaku.
Peran Budaya Organisasi
Budaya organisasi yang mewarnai sikap dan perilaku anggota organisasi atau perusahaan, memiliki peran yang penting.
Salah satu peran budaya organisasi adalah memperkuat identitas individu dan perusahaan. Artinya, budaya organisasi akan dipedomani dan berlaku, tidak hanya secara internal, bahkan juga eksternal.
Secara internal, budaya organisasi menjadi pedoman perilaku dan interaksi di antara anggota. Apa yang dihargai, apa yang dilarang, baik secara tertulis atau tidak, dipedomani dan ditaati oleh para anggota.
Secara ekternal, budaya organisasi akan tercermin dari identitas anggota dan organisasi. Anggota akan memperlihatkan sikap dan perilaku tertentu ketika berinteraksi dengan pihak eksternal.
Demikian juga, pihak luar akan segera bisa menangkap seperti apa sikap dan perilaku anggota organisasi sekaligus bisa pula memprediksi budaya organisasi tersebut. Melalui proses interaksi ini, sudah bisa diperoleh petunjuk bagaimana sesungguhnya budaya suatu organisasi.
Berikutnya, budaya organisasi juga berperan membentuk komitmen anggota. Maksudnya, budaya organisasi yang sudah berkembang secara matang akan dipedomani oleh anggotanya sebagai sebuah komitmen bersama.