Ada orang yang beranggapan bahwa mereka yang berbisnis tidak perlu terlalu mempedulikan etika. Mereka boleh-boleh saja berbisnis dengan cara dan gaya masing-masing. Yang terpenting adalah memeroleh keuntungan sebesar-besarnya.
Kalau soal cara, tak masalah, yang penting apa yang menjadi target bisa dicapai, bahkan sebisanya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan.
Keuntungan yang Utama
Lantaran tujuan utamanya mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, maka pebisnis seperti ini cenderung menerapkan jurus menghalalkan segala cara. Yang penting memenangkan persaingan, bagaimana pun caranya.
Oleh karena itu, pesaing atau kompetitor bisnis  dianggap sebagai musuh yang harus dilawan bahkan ditaklukkan.
Perusahaan dipandang sebagai mesin penyedot uang, bagaimana pun caranya, entah dengan membohongi pembeli, pemalsuan, mendegradasi kualitas lingkungan sekitar, dan lainnya.
Dengan demikian, si pelaku bisnis akan bisa melenggang tanpa pesaing yang berarti dan mendapatkan sebentuk monopoli di bidang bisnis yang digelutinya dan mendapatkan limpahan keuntungan yang besar.
Kalau hal-hal seperti itu banyak itu terjadi, kira-kira seperti apa wajah dunia bisnis di negeri ini? Tentu saja akan terjadi penerapan prinsip homo homini lopus alias yang kuat akan memangsa yang lemah. Dan, yang lemah tidak memliki kemampuan untuk bersaing dan terancam keberadaannya.
Hanya Sementara
Akan tetapi, kemenangan si kuat dengan jurusnya itu hanya untuk sementara saja. Dengan "membasmi" lawan-lawannya dan cara lainnya, dia akan mendapatkan peluang yang memberinya keuntungan yang sangat besar. Tetapi, hal itu tidak akan lama berlangsung. Mengapa?