Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sudahkah Anda Upskilling? Ini Manfaat dan Cara Melakukannya

12 Februari 2022   17:24 Diperbarui: 13 Februari 2022   03:55 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upskilling | Sumber: Pexels/ANTONI SHKRABA

Istilah upskilling menjadi kian dikenal belakangan ini. Istilah ini mengacu pada upaya peningkatan kualitas diri untuk mencapai kemajuan selaras dengan perkembangan yang terjadi.

Upskilling menjadi penting di era modern yang serba cepat dan canggih ini. Tanpanya, orang akan terlindas oleh kemajuan zaman, terdestrupsi oleh pesatnya kemajuan di berbagai  bidang kehidupan.

Oleh karena itu, manusia modern tidak bisa berdiam diri, apalagi hanya sebagai penonton. Melainkan, mesti terus mengasah diri untuk bisa tetap turut mengalir mengikuti arus kemajuan zaman.

Apa Manfaatnya?

Lalu, apa sajakah manfaat upskilling itu? 

Pertama, dengan upskilling orang bisa selalu menyesuaikan diri dengan tuntutan kemajuan yang terjadi. Ia tidak mengalami stagnan atau kemunduran pada saat arus kemajuan demikian masifnya.

Kedua, bisa memiliki kompetensi atau keahlian yang selalu di-update yang sesuai dengan kebutuhan terkini. Banyak pekerjaan yang tadinya dikerjakan dengan tangan atau manual digantikan dengan teknologi.

Maka, orang harus bisa segera menyesuaikan diri, memanfatkan perkembangan teknologi. Di samping itu, kemampuan berpikir kreatif juga menjadi hal pokok yang harus dimiliki.

Ketiga, menjaga karier tetap bagus dan lebih bagus. Pekerjaan tidak lagi akan dilakukan dengan cara-cara lama, melainkan dengan cara-cara baru. Pendekatan teknologi menjadi keharusan.

Dengan penguasaan teknologi, maka karier pun bisa dijaga. Pengetahuan dan keterampilan tetap terupdate bersamaan dengan perkembangan yang terjadi. Dengan demikian, karyawan atau pegawai tetap bisa berkontribusi untuk perusahaan atau lembaga tempatnya bekerja.

Upskilling tiada henti | Sumber gambar: meritude.in
Upskilling tiada henti | Sumber gambar: meritude.in

Keempat, meningkatkan hasil. Dengan pendekatan teknologi tentu aspek efisiensi dan produktivitas sangat dimungkinkan. Tidak lagi tampak sibuk bekerja tapi tidak atau kurang ada hasil. 

Dengan teknologi, seharusnya segala sesuatunya lebih cepat dikerjakan, secara kuantitas lebih banyak dan secara kualitas juga lebih baik. Jadi, akan sangat bermanfaat bagi individu dan lembaga.

Itulah sebabnya upskilling harus dilakukan. Bukan hanya sekali waktu, bahkan secara terus-menerus. Sebab, dengan ini setiap orang akan mampu menjaga diri agar senantiasa berada dalam keadaan siap sedia dan selaras dengan kemajuan yang terjadi, terutama di bidang teknologi.

Tidak mudah memang melakukan ini, apalagi bagi mereka yang cenderung berdiam diri dan ingin berlama-lama berada di zona nyaman.

Bagaimana Melakukan Upskilling?

Lalu, bagaimana melakukan upskilling? Pada umumnya, kegiatan ini dilakukan oleh pihak lembaga atau perusahaan, di samping ada yang diupayakan secara mandiri oleh karyawan, orang per orang.

Upskilling bermanfaat bagi individu dan lembaga | Sumber gambar: forbes.com
Upskilling bermanfaat bagi individu dan lembaga | Sumber gambar: forbes.com

Lembaga atau perusahaan biasanya memiliki program upskilling bagi para pegawai atau karyawannya dalm bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat). Untuk ini, perusahaan bekerjasama dengan lembaga diklat.

Para karyawan diharuskan mengikuti program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan teknis tertentu.  

Ada pula program yang diperuntukkan bagi peningkatan kualitas manajerial untuk mereka yang dicalonkan untuk menjadi manajer atau untuk para manajer yang sudah ada.

Program seperti inilah yang akan membawa karyawan pada kemampuan yang selalu ter-update sehingga mampu tetap menjaga eksistensi diri dan perusahaan.

Tanpa upskilling melalui berbagai bentuk diklat, maka perusahaan dalam keadaan terancam. Terancam oleh kemungkinan tidak bisa lagi menjaga keberadaannya selaras dengan kemajuan.

Di samping itu, para pegawai atau karyawan hendaknya juga mengusahakan melakukan upskilling secara mandiri. Tidak melulu mengandalkan perusahaan atau lembaga tempat bekerja.

Berbagai cara bisa dilakukan, misalnya kembali ke bangku kuliah, mengikuti kursus, seminar, workshop, dan pelatihan lainnya. Kemampuan atau keahlian spesifik sangat dibutuhkan saat ini dan nanti. Ini menjadi tantangan tersendiri dalam membangun karier.

Belajar otodidak juga sangat dianjurkan. Belajar dari berbagai sumber belajar yang kini mudah diperoleh. Intinya, jangan pernah berhenti belajar untuk meningkatkan kemampuan atau kualitas diri.

Jika berhenti belajar, maka para karyawan boleh jadi akan segera mengalami stagnasi dan menghadapi  ancaman dikeluarkan dari perusahaan.

Jadi, insiatif untuk upskilling mesti dilakukan, baik oleh lembaga maupun dengan upaya sendiri atau secara mandiri.

Dengan selalu belajar (continuous learning) untuk meningkatkan keahlian atau keterampilan, maka orang akan terhindar dari ancaman kehilangan pekerjaan atau terdestrupsi oleh kemajuan zaman. Upskilling selalu dibutuhkan!

(I Ketut Suweca, 12 Februari 2022).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun