Kita mungkin sepakat bahwa seorang penulis harus rajin membaca. Dengan membaca ia terinspirasi untuk menulis. Tanpa membaca, dia akan mengalami kesulitan saat menulis. Menulis dan membaca bagai bersaudara kembar.
Seberapa pentingkah kegiatan membaca itu? Mari kita lihat pada ulasan kali ini. Kita akan mulai dari sedikit perjalanan saya membaca, lalu bagaimana inspirasi menulis itu muncul. Baru setelah itu, kita melihat pentingnya membaca bagi setiap orang yang menyebut dirinya penulis.
Menyasar Toko Buku
Saya suka membaca sejak masih anak-anak. Dan, sangat keranjingan menikmati buku-buku sejak sekolah menengah pertama.
Karena jarak antara rumah saya di desa dengan kota -- tempat buku-buku itu berada, lumayan jauh, maka saya harus melintasi jarak itu dengan sepeda gayung. Jarak antara kota dan desa sekitar 20 km pp.
Demikianlah, dengan bersepeda saya datangi toko-toko buku. Seingat saya, ada dua toko yang khusus menjual buku bacaan di kota Denpasar saat itu. Dan, ada satu lagi yang kecil, berbentuk kios. Ke situlah saya menuju.
Setiap kali ke toko buku, saya tidak membeli buku. Lalu, untuk apa? Apalagi kalau bukan untuk sekadar baca-baca.
Ya, di toko buku saya akan melihat-lihat buku-buku yang dipajang rapi. Jika tertarik, saya akan membukanya. Jika isinya menarik, saya akan baca beberapa halamannya.
Jika isi buku tersebut demikian menariknya dan penting bagi saya, maka saya akan membeli sebuah koran. Di koran itulah saya tuliskan kata-kalimat yang saya pandang penting dan menarik dari isi buku tersebut. Saya tulis pada bagian kosong koran itu. Saya membawa pulpen dari rumah untuk menulis.
Untuk apa saya menulis isi buku di koran? Bagian dari isi buku yang saya tulis di koran tersebut saya salin di rumah. Saat itu saya punya sebuah buku kecil khusus untuk mencatat isi buku yang saya baca. Dan, sekali waktu buku catatan itu sering saya buka kembali untuk mengingat-ingat isinya.