Masa pandemi ini rupanya mengingatkan kita untuk kian bersungguh-sungguh dalam menerapkan pola hidup tolong-menolong. Mengapa?
Saat pandemi, kian banyak yang mengalami hidup terpuruk, terutama dari sisi ekonomi. Pendapatan keluarga menjadi sangat drop lantaran sumber-sumber penghasilan sudah tidak ada atau hilang.
Karyawan hotel dan restoran yang sebelumnya mendapatkan gaji setiap bulannya, tiba-tiba harus mengalami kenyataan yang mengejutkan. Mereka terpaksa dirumahkan karena hotelnya sepi pengunjung dan tutup secara penuh. Para pekerja informal yang dulunya dapat mengais rejeki setiap hari, mengalami kesulitan untuk menghidupi keluarganya.
Nah, dalam keadaan seperti inilah, sebagai manusia yang memiliki kepedulian, kita tergerak untuk membantu. Mereka yang masih punya rezeki membantu saudara-saudaranya yang dalam kesulitan memperoleh sesuap nasi.
Ada yang terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat membagikan sumbangan berupa beras, sembako, makanan, dan lainnya. Ini adalah wujud real dari ajaran humanisme sejati. Tanpa perlu banyak publikasi, mereka berjuang untuk membantu orang-orang yang kesusahan.
Demikianlah, ada lima pelajaran yang diajarkan "guru" pandemi. Kita diingatkan bahwa kita bisa mati kapan pun dan di manapun. Kita diingatkan untuk memanfaatkan teknologi seraya mengintensifkan komunikasi dan hubungan antaranggota keluarga.
Kita juga diajarkan untuk saling peduli dengan menolong sesama, juga diajarkan betapa pentingnya pola hidup bersih dan sehat.
Semoga pelajaran yang positif ini terus terbawa sampai nanti.
( I Ketut Suweca, 29 Agustus 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H