Karena hidup ini sementara dan suatu waktu kita akan meninggal, maka kita akan berpikir, apa yang bisa kita lakukan semasih diberikan kesempatan untuk hidup.
Apakah kita egois, selalu mementingkan diri sendiri tanpa peduli pada orang lain? Apakah kita sering menyakiti orang lain? Adakah kebajikan yang sudah kita lakukan selama ini? Adakah kita pernah bahkan sering membantu orang lain? Adakah kita berbuat kebaikan bagi orang-orang di sekitar kita? Ada banyak pertanyaan yang tertuju pada diri sendiri.Â
Kedua, dipaksa belajar menggunakan teknologi.
Pandemi ini memaksa kita memanfaatkan kemajuan teknologi. Mereka yang mungkin saja kurang peduli dengan penggunaan teknologi sebelum Covid-19, tiba-tiba harus menggunakannya dengan sedikit gelagapan.
Lambat-laun kita menjadi terbiasa dengan teknologi dan mulai merasa nyaman saat memanfaatkannya dalam berbagai kegaiatan.
Kita rapat menggunakan zoom meeting, melakukan proses transfer pengetahuan melalui webinar. Kita melakukan kelas pembelajaran juga dengan memanfaatkan kemajuan teknologi jaringan internet, dan seterusnya.
Dalam berbisnis pun kita memanfaatkan teknologi. Lalu, saat berbelanja kita mulai banyak memanfaatkan aplikasi belanja online untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Akhirnya kita menjadi familiar dengan penggunaan teknologi tersebut dan menjadikannya bagian dari kehidupan dan mendukung kegiatan harian kita.
Ketiga, hubungan keluarga yang kian erat.
Dulu, ketika pandemi belum melanda, kita bebas ke luar rumah. Entah mau bekerja atau sekadar memenuhi keinginan untuk melancong ke suatu tempat.