Oleh karena itu, ada baiknya sang calon penulis mendatangi satu atau lebih penulis yang bersedia menjadi mentornya. Dari mentor itulah, ia bisa belajar tentang teori dan praktik menulis. Dengan bimbingan sang mentor, dapat diharapkan dia akan tumbuh menjadi penulis yang berhasil bersamaan dengan perputaran waktu.
Di samping menemukan seorang mentor, ia perlu juga mempelajari secara mandiri teori-teori menulis agar praktik menulis yang dilakukannya memiliki dasar acuan yang kuat. Ia bisa belajar dari buku-buku dan banyak sumber lainnya.
Misalnya, ia mesti belajar bagaimana menemukan ide atau gagasan. Lalu, bagaimana membuat kerangka karangan dan mengembangkannya menjadi alinea demi alinea sehingga menjadi sebuah karangan yang utuh. Ia juga mesti belajar bagaimana menggunakan diksi dan ejaan yang tepat, juga penalaran yang baik.
Semua itu bisa dipelajarinya dari seorang mentor di samping dari upayanya sendiri untuk belajar dan berkembang di bidang penulisan.
Jadi, pertama-tama yang diperlukan adalah niat menulis atau niat menjadi penulis. Kalau niat tidak ada, maka sampai kapan pun seseorang tidak akan bisa menjadi penulis. Niat adalah modal utama!
Selanjutnya mesti ada pemacu atau pendorong dari luar, misalnya dari lingkungan terdekatnya. Dan, ketiga, untuk menjawab bagaimana cara menulis, maka harus ada mentor yang membimbing atau mendampinginya agar tumbuh menjadi penulis yang sukses.
( I Ketut Suweca, 29 Juli 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H