Anak pertama juga demikian. Sebagai psikolog klinis dewasa, dia bisa menangani klien dari berbagai daerah dengan baik melalui fasilitas internet di rumah.
Kliennya bisa konsultasi melalui zoom dan bahkan untuk melakukan terapi sekalipun. Ternyata melalui internet tidak ada hambatan sama sekali dalam penanganan pekerjaannya.
Saat pandemi berlangsung seperti saat ini, banyak orang mengalami tekanan psikologis akibat berbagai persoalan hidup. Bagi mereka yang sudah merasa sangat terbebani oleh masalah psikologis yang tidak sanggup ditanggungnya, maka mereka akan memilih berkonsultasi. Dan, sebagian diantaranya berlanjut ke tingkat terapi.
Selain itu, sesekali anak saya yang pertama ini juga menyelanggarakan kegiatan kelas melalui pola webinar agar  mampu menjangkau  lebih banyak peserta.
Tentu saja webinar, konsultasi, dan terapi itu berbayar. Hanya saja, karena masa pandemi, tarifnya sedikit lebih murah. Maksudnya, agar tidak terlalu membebani masyarakat yang membutuhkan layanan.
Mengajar secara Online
Saya pun setiap hari menggunakan fasilitas internet yang tersedia di rumah. Apalagi kalau bukan untuk pekerjaan kantor yang mesti dikerjakan di rumah.
Misalnya mengikuti webinar, rapat melalui zoom meeting, menerima, dan menyampaikan informasi melalui whatsapp, dan lainnya. Semuanya dimungkinkan lantaran ketersediaan internet di rumah.
Selanjutnya, kegiatan mengajar yang di masa pandemi ini terpaksa dilakukan secara online, pastilah tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan internet yang stabil.
Penugasan dan ujian-ujian pun saya lakukan melalui daring. Semuanya bisa berjalan dengan lancar berkat ketersediaan internet.
Hanya saja, saya merasa perkuliahan melalui online tidak sebaik perkuliahan tatap-muka. Melalui perkuliahan tatap-muka, mahasiswa dan dosen lebih mudah berkomunikasi secara langsung. Hal-hal yang lebih detail bisa dijelaskan dengan lebih baik, sesuatu yang relatif sulit dilakukan secara online.