Di dalam persyaratan antara lain disebutkan bahwa karya tulis mesti berbentuk esai dengan panjang tulisan 3.000 -- 5.000 kata. Lumayan panjang ya.
Mendapatkan Bahan Tulisan
Nah, karena tulisan yang dibuat lumayan panjang, maka saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempersiapkannya.
Pertama-tama saya melakukan riset pustaka. Mencari bahan-bahan referensi seputar kearifan lokal yang secara spesifik berkenaan dengan petuah atau nasihat leluhur.
Ternyata tidak banyak kearifan lokal seperti ini yang terdokumentasi dalam bentuk buku. Tetapi, saya tetap berusaha melakukan penelusuran di perpustakaan.
Hasilnya, hanya ada sedikit buku yang mengangkat topik itu. Maklum, sebagian besar dari petuah leluhur itu dalam bentuk lisan, disampaikan secara turun-temurun. Jadi, anonim sifatnya.
Beruntung ada seorang sahabat yang juga seorang sutradara dan penulis skenario drama, Putu Satriya Koesuma, bersedia meminjamkan dua bukunya yang berkaitan dengan materi tulisan saya.
Beliaulah yang membawakan referensi yang sangat berguna itu ke rumah, lalu kami pun terlibat berdiskusi panjang tentang kearifan lokal yang merupakan warisan leluhur. Putu Satriya membangunkan ingatan saya lagi akan adanya beberapa pitutur (nasihat) leluhur yang hampir terkubur.
Membuat Kerangka Tulisan
Berikutnya adalah membuat kerangka tulisan. Di dalam kerangka tulisan saya susun secara sistematis sejumlah kearifan lokal berupa nasihat atau pitutur leluhur di Bali.
Berdasarkan kerangka tulisan dan bahan-bahan yang jumlahnya sangat terbatas itu, akhirnya saya bulatkan hati untuk melanjutkannya ke tahap penulisan. Pokoknya tulis saja, begitu pikir saya. Berharap  kerangka tulisan itu bisa saya kembangkan dengan baik.